Jumat, 29 April 2011

TERRASERING (TERAS)

Pengertian Teras
Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama berupa bidang olah, guludan, dan saluran air yang mengikuti kontur serta dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti saluran pembuangan air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur. (Yuliarta et al., 2002).
Sedangkan menurut Sukartaatmadja (2004), teras adalah bangunan konservasi tanah dan air secara mekanis yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan (run off) dan memperbesar peresapan air, sehingga kehilangan tanah berkurang.
Teras berfungsi mengurangi panjang lereng dan menahan air, sehingga mengurangi kecepatan dan jumlah aliran permukaan, dan memungkinkan penyerapan air oleh tanah. Dengan demikian erosi berkurang. (Arsyad, 1989).
Menurut Yuliarta et al (2002), manfaat teras adalah mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis terhadap tanah dan erosi diperkecil, memperbesar peresapan air ke dalam tanah dan menampung dan mengendalikan kecepatan dan arah aliran permukaan menuju ke tempat yang lebih rendah secara aman.
Klasifikasi dan Disain Teras
Teras dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara. Sukartaatmadja (2004) mengklasifikasikan teras berdasarkan fungsi dan berdasarkan bentuk.. Berdasarkan fungsi, teras diklasifikan lagi dalam dua jenis yaitu: (a) teras intersepsi (interception terrace) dan (b) teras diversi (diversion terrace). Pada teras intersepsi aliran permukaan ditahan oleh saluran yang memotong lereng. Sedangkan teras diversi berfungsi untuk mengubah arah aliran sehingga tersebar ke seluruh lahan dan tidak terkonsentrasi pada satu tempat. Berdasarkan bentuk, teras dibedakan ke dalam beberapa bentuk diantaranya teras kredit, teras guludan, teras datar, teras bangku, teras kebun dan teras individu.
Schwab et. al. (1966) dan Arsyad (1989) mengklasifikasikan teras dalam dua tipe utama, yaitu teras bangku (bench terrace) untuk mengurangi kemiringan lereng dan teras berdasar lebar (broadbase terrace) yang ditujukan untuk mengurangi atau menahan air pada lahan miring. Teras berdasar lebar ini dibagi lagi dalam bentuk teras berlereng, teras datar, dan teras berdasar sempit.
Utomo (1989) membagi teras berdasarkan bentuk dan fungsinya ke dalam 3 macam teras, yaitu (a) teras saluran (channel terrace), (b) teras bangku atau teras tangga (bench terrace), dan (c) teras irigasi pengairan (irrigation terrace). Teras saluran terutama dibangun untuk mengumpulkan air aliran permukaan pada saluran yang telah disiapkan untuk kemudian disalurkan pada saluran induk jalannya air, sehingga aliran permukaan tersebut tidak menyebabkan erosi. Teras bangku dibangun terutama untuk mengurangi panjang lereng. Lalu, teras pengairan dibangun untuk menampung air hujan sehingga dapat digunakan oleh tanaman, seperti pada petak-petak sawah tadah hujan.
Sedangkan Morgan (1986) membagi teras ke dalam 3 tipe utama, yaitu (a) teras diversi (diversion terrace), (b) teras retensi (retention terrace), dan teras bangku (bench terrace). Tujuan utama teras diversi adalah untuk menahan aliran di permukaan dan menyalurkannya melalui lereng ke saluran outlet yang aman. Teras retensi digunakan jika dibutuhkan konservasi air dengan menahannya di lereng bukit. Sedangkan teras bangku dibuat jika lahan sampai kemiringan 30 % akan digunakan untuk kegiatan budidaya pertanian.
Teras Datar
Teras datar atau teras sawah (level terrace) adalah bangunan konservasi tanah berupa tanggul sejajar kontur, dengan kelerengan lahan tidak lebih dari 3 % dilengkapi saluran di atas dan di bawah tanggul (Yuliarta, 2002).
Menurut Arsyad (1989), teras datar dibuat tepat menurut arah garis kontur dan pada tanah-tanah yang permeabilitasnya cukup besar sehingga tidak terjadi penggenangan dan tidak terjadi aliran air melalui tebing teras. Teras datar pada dasarnya berfungsi menahan dan menyerap air, dan juga sangat efektif dalam konservasi air di daerah beriklim agak kering pada lereng sekitar dua persen.
Dalam Sukartaatmadja (2004) dijelaskan bahwa tujuan pembuatan teras datar adalah untuk memperbaiki pengaliran air dan pembasahan tanah, yaitu dengan pembuatan selokan menurut garis kontur. Tanah galian ditimbun di tepi luar sehingga air dapat tertahan dan terkumpul. Di atas pematang sebaiknya ditanami tanaman penguat teras berupa rumput makanan ternak.
Menurut Schwab et al (1966), tujuan utama dari teras datar ini adalah konservasi air / kelembaban tanah, sedangkan pengendalian erosi adalah tujuan sekunder. Karena itu teras tipe ini dibangun di daerah dengan curah hujan rendah sampai sedang untuk menahan dan meresapkan air ke lapisan tanah. Di daerah yang permeabilitasnya tinggi, teras tipe ini dapat digunakan untuk tujuan yang sama di daerah dengan curah hujannya tinggi.
Gambar 1. Penampang Melintang Teras Datar (Sumber Panduan Kehutanan Indonesia, 1999 dalam Priyono et al., 2002).
Cara pembuatan teras datar adalah: (a) tanah digali menurut garis kontur dan tanah galiannya ditimbunkan ke tepi luar, (b) teras dibuat sejajar dengan garis kontur, (c) lebar guludan atas 0,37 – 0,5 m, lebar dasar guludan bawah menyesuaikan kemiringan guludan, (e) jarak tepi bawah saluran di bawah guludan terhadap tengah guludan 2,5 – 3,5 m, sedang jarak tepi atas saluran di atas guludan terhadap tengah guludan 3 – 6 m, (f) guludan ditanami rumput makanan ternak (Priyono, et al, 2002).
Teras Kredit
Teras kredit merupakan bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah atau batu sejajar kontur, bidang olah tidak diubah dari kelerengan tanah asli. Teras kredit merupakan gabungan antara saluran dan guludan menjadi satu (Priyono, et al., 2002).
Teras kredit biasanya dibuat pada tempat dengan kemiringan lereng antara 3 sampai 10 persen, dengan cara membuat jalur tanaman penguat teras (lamtoro, kaliandra, gamal) yang ditanam mengikuti kontur. Jarak antara larikan 5 sampai 12 meter. Tanaman pada larikan teras berfungsi untuk menahan butir-butir tanah akibat erosi dari sebelah atas larikan. Lama kelamaan permukaan tanah bagian atas akan menurun, sedangkan bagian bawah yang mendekat dengan jalur tanaman akan semakin tinggi. Proses ini berlangsung terus-menerus sehingga bidang olah menjadi datar atau mendekati datar. (Sukartaatmadja, 2004).
Lebih lanjut dijelaskan, untuk mempercepat proses tersebut dapat ditempuh dengan beberapa jalan yaitu: (a) menarik tanah dari sebelah atas larikan ke arah larikan tanaman penguat teras, (b) pembuatan guludan sepanjang tanaman sehingga sedimentasi diperbesar, (c) pemberian serasah atau limbah pertanian atau batu-batuan sepanjang tanaman dan sebagainya sehingga sedimentasi diperbesar.
Gambar 2. Penampang Teras Kredit
Cara pembuatan teras kredit adalah: (a) persiapan lapangan dimulai dengan memancangkan patok-patok menurut garis kontur dengan menggunakan waterpas plastik. Jarak patok dalam garis kontur 5 m, dan jarak antar barius 5 – 12 m, (b) pembuatan bangunan teras berupa guludan tanah atau guludan batu yang arahnya sejajar garis kontur, (c) penanaman tanaman penguat teras (kaliandra, lamtoro, gamal) secara rapat di sepanjang guludan. Benih / biji jenis tanaman tahunan (legume tree crop) ditanam dengan secara merata. Bila digunakan stek atau stump, jarak tanamnya 0,5 m sepanjang guludan. (Anonim, 1993).
Informasi teknis lain berkaitan dengan teras kredit adalah: (a) pembuatan teras tipe ini akan mengakibatkan pengurangan luas lahan sebesar 10 – 20 %, (b) teras kredit tidak cocok diterapkan pada tanah-tanah yang peka longsor, (c) sedimen yang tertampung pada saluran dapat dikembalikan pada bidang olah ataupun untuk meninggikan guludan, (d) arah pengolahan tanah dimulai dari bagian lereng bawah (Priyono, 2002).
Teras Guludan
Teras guludan adalah suatu teras yang membentuk guludan yang dibuat melintang lereng dan biasanya dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng 10 – 15 %. Sepanjang guludan sebelah dalam terbentuk saluran air yang landai sehingga dapat menampung sedimen hasil erosi. Saluran tersebut juga berfungsi untuk mengalirkan aliran permukaan dari bidang olah menuju saluran pembuang air. Kemiringan dasar saluran 0,1%. Teras guludan hanya dibuat pada tanah yang bertekstur lepas dan permeabilitas tinggi. Jarak antar teras guludan 10 meter tapi pada tahap berikutnya di antara guludan dibuat guludan lain sebanyak 3 – 5 jalur dengan ukuran lebih kecil. (Sukartaatmadja, 2004)
Sedangkan menurut Priyono et. al. (2002), teras guludan adalah bangunan konservasi tanah berupa guludan tanah dan selokan / saluran air yang dibuat sejajar kontur, dimana bidang olah tidak diubah dari kelerengan permukaan asli. Di antara dua guludan besar dibuat satu atau beberapa guludan kecil. Teras ini dilengkapi dengan SPA sebagai pengumpul limpasan dan drainase teras
Gambar 3. Penampang Teras Guludan
Pembuatan teras guludan adalah: (a) persiapan lapangan dengan pemancanganm patok-patok menurut garis kontur dengan menggunakan ondol-ondol dan atau waterpass sederhana. Jarak patok dalam baris 5 m dan jarak antar baris rata-rata 10 m (sama dengan jarak antara dua guludan), (b) pembuatan selokan teras dilakukan dengan menggali tanah mengikuti arah larikan patok. Ukuran selokan teras: dalam 30 cm, lebar bawah 20 cm, dan lebar atas 50 cm, (c) tanah hasil galian pada pembuatan selokan teras ditimbunkan di tepi luar (bagian bawah saluran) sehingga membentuk guludan dengan ukuran: lebar atas 20 cm, lebar bawah 50 cm dan tinggi 30 cm. Guludan dan selokan dibuat tegak lurus garis kontur. Pembuatan teras dimulai dari bagian atas lereng, (d) penenaman tanaman penguat teras pada guludan, dapat berupa jenis kayu-kayuan yang ditanam dengan jarak 50 cm bila menggunakan stek / stump, atau ditabur jika menggunakan benih/biji, dan jarak tanam 30 – 50 cm jika menggunakan jenis rumput.
Pemeliharaan yang harus dilakukan terhadap teras guludan yang dibuat adalah: (a) mengeruk tanah akibat erosi yang menimbun selokan teras untuk digunakan memperbaiki guludan, (b) memperbaiki guludan dan memelihara tanaman penguat teras.
Teras Bangku
Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa sehingga bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan dilengkapi dengan bangunan pelengkap lainnya untuk menampung dan mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali. (Sukartaatmadja, 2004).
Teras bangku adalah serangkaian dataran yang dibangun sepanjang kontur pada interval yang sesuai. Bangunan ini dilengkapi dengan saluran pembuangan air (SPA) dan ditanami dengan rumput untuk penguat teras. Jenis teras bangku ada yang miring ke luar dan miring ke dalam (Priyono, et al., 2002)
Teras bangku atau teras tangga dibuat dengan jalan memotong lereng dan meratakan tanah di bagian bawah sehingga terjadi suatu deretan bentuk tangga atau bangku. Teras jenis ini dapat datar atau miring ke dalam. Teras bangku yang berlereng ke dalam dipergunakan untuk tanah-tanah yang permeabilitasnya rendah dengan tujuan agar air yang tidak segera terinfiltrasi tidak mengalir ke luar melalui talud. Teras bangku sulit dipakai pada usaha pertanian yang menggunakan mesin-mesin pertanian yang besar dan memerlukan tenaga dan modal yang besar untuk membuatnya (Arsyad, 1989).
Gambar 4. Penampang Melintang Teras Bangku (Sumber: Soil Conservation Handbook,1995 dlm Priyono, et al. 2002)
Persiapan di lapangan yang harus dilakukan dalam pembuatan teras bangku adalah: (a) memasang patok induk di sepanjang calon tempat saluran pembuangan air, dengan kode 1, 2, 3, dst sebagai batas galian dan timbunan tanah. Jarak antara 2 patok yang berdekatan sama dengan lebar bidang olah teras yang direncanakan, jarak ini ditentukan oleh kemiringan lereng (Lihat tabel 1). Pemasangan dimulai dari bagian atas lereng, (b) memasang patok pembantu dengan kode 1a, 1b, 1c, dst berderet menurut garis kontur di kanan kiri patok induk kode 1 dengan kode 2a, 2b, 2c, dst untuk patok induk 2 dan seterusnya. Jarak antara patok pembantu 5 meter.
Deretan patok pembantu merupakan garis batas galian dan batas timbunan tanah. Untuk menentukan letak patok pembantu digunakan waterpas sederhana sehingga mengikuti garis kontur, seperti pada gambar, (c) memasang patok as (pusat) di antara 2 baris patok pembantu. Ukuran patok as lebih kecil dari patok pembantu. Jarak antar patok as pada deretan yang sama 5 meter.
Lebar teras tergantung pada besarnya lereng, kedalaman tanah, tanaman dan pola tanamnya. Rasio tampingan teras atas dengan lereng adalah 1:0,5 dan rasio tampingan bawah dengan lereng adalah 1: 1 – 0,5. Penyesuaian harus dilakukan tergantung dari tipe tanah dan apakah tampingan akan ditanami rumput atau akan ditutup dengan batu. Tampingan teras bangku miring ke luar harus ditutup rumput secara rapat dan merata.
Interval tegak (VI) ditentukan dengan rumus; (Priyono, et al, 2002).
Hubungan kemiringan lereng, teras bangku dan HOK tertera pada Tabel 1.
Dalam Sukartaatmadja (20040 diuraikan rumus yang dapat digunakan, yaitu Rumus Hillman dan Rumus FAO Conservation. Guide 1

Selanjutnya dilakukan pembuatan bangunan teras dengan cara: (a) membuat arah teras dengan menggali tanah sepanjang larikan patok pembantu, (b) memisahkan lapisan tanah atas yang subur dengan mengeruk dan menimbunnya sementara di sebelah kiri / kanan di tempat tertentu, (c) menggali tanah yang lapisan olahnya sudah dikeruk mulai dari deretan patok pembantu sebelah atas sampai kepada deretan patok as, dengan bentuk galian. Tanah galian ditimbun ke lereng sebelah bawah patok as sampai ke deretan patok pembantu di sebelah bawah, (d) tanah timbunan dipadatkan dengan cara diinjak-injak. Permukaan bidang olah teras dibuat miring ke arah dalam sebesar sekitar 1 %, (e) tanah lapisan olah yang semula ditempatkan di tempat tertentu, ditaburkan kembali secara merata di atas bidang olah yang telah terbentuk, (f) pada ujung teras bagian luar (bibir teras)dibuat guludan setinggi 20 cm dan lebar 20 cm. Di bagian dalam teras dibuat selokan selebar 20 cm dan dalam 10 cm. Dasar selokan teras harus lebih tinggi 50 cm dari tinggi dasar saluran pembuangan air, (g) talud teras dibuat dengan kemiringan 2:1 atau 1:1 tergantung pada kondisi tanah. Talud bagian atas (bagian urugan) ditanami rumput makanan ternak atau jenis tanaman penguat teras yang lain (Yuliarta, 2002).
Foto 2. Penerapan teras bangku di lahan tegalan
Pemeliharaan teras bangku dilakukan dengan: (a) mengeruk tanah yang menimbun (menutup) selokan teras, (b) memelihara guludan dan talud dengan cara memperbaiki bagian yang longsor, (c) mengulam dan memangkas tanaman penguat teras dan tanaman talud.
Keuntungan teras bangku adalah: (a) efektif dalam mengendalikan erosi dan aliran permukaan, (b) menangkap tanah dalam parit-parit yang dibuat sepanjang teras dan tanah yang terkumpul itu dapat dikembalikan ke bidang olah, (c) mengurangi panjang lereng, dimana setiap 2 – 3 meter panjang lereng dibuat rata menjadi teras sehingga mengurangi kecepatan air mengalir menuruni lereng, (d) dalam jangka panjang akan meningkatkan kesuburan tanah, (e) bidang olah yang agak datar memudahkan petani melakukan budidaya tanaman utama, (e) tanaman penguat teras dapat menjadi sumber pakan ternak, bahan organik untuk tanah dan kayu bakar.
Namun teras bangku ini juga memiliki kelemahan: (a) pada awalnya cukup menganggu keadaan tanah, mengurangi produksi selama 2 – 3 tahun pertama, (b) tenaga kerja / biaya untuk pembuatannya cukup tinggi, makin curam lahannya makin banyak tenaga kerja dan biaya yang diperlukan, (c) untuk membuat teras bangku yang baik diperlukan ketrampilan khusus, (d) berkurangnya luas permukaan lahan efektif untuk budidaya tanaman utama lebih besar dibandingkan dengan teknik konservasi tanah yang lain, makin curam lerengnya, makin besar berkurangnya luas tersebut, (e) bidang olah yang terbentuk pada bagian galian mempunyai tingkat kesuburan yang lebih buruk daripada bidang olah yang terbentuk pada bagian timbunan.
Dalam penerapan teras bangku, setidaknya terdapat dua faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi ini, yaitu faktor biofisik dan faktor sosial ekonomi.
Faktor biofisik yang mempengaruhi adalah: (a) teras bangku tidak cocok digunakan pada tanah yang dangkal, pada tanah yang lapisan bawahnya (subsoil) mempunyai kandungan alumunium yang tinggi, dan pada tanah yang mudah longsor seperti grumusol (vertisol), (b) untuk tanaman-tanaman yang peka terhadap drainase lambat seperti tomat, kentang, cabe, perlu dibuat bedangan-bedengan tinggi pada bidang olah.
Foto 3. Dalam jangka panjang, meningkatkan kesuburan tanah
Sedangkan faktor sosial ekonomi yang mempengaruhi adalah: (a) di daerah-daerah tertentu, keterbatasan jumlah tenaga kerja / modal menyulitkan petani untuk mengadopsi teras bangku, (b) status lahan yang kurang pasti menyebabkan petani penyakap / penggarap lahan milik orang lain enggan mengadopsi bangunan jangka panjang seperti teras bangku karena mereka belum tentu menikmati keuntungan-keuntungan dalam jangka panjang, (c) tanaman penguat teras jenis semak / pohon dapat menyaingi tanaman semusim, menyebabkan tanaman penguat tersebut dibongkar petani, (d) petani yang tidak memiliki ternak pemakan rumput (ruminansia) enggan menanam rumput pada bibir / tampingan teras, (e) pada lahan yang buruk keadaan tanahnya, keuntungan pembuatan teras sangat kecil dibandingkan dengan investasinya



Teras Kebun
Gambar 7. Penampang Teras Kebun
Teras kebun dibuat pada lahan-lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman jenis tanaman perkebunan. Pembuatan teras hanya dilakukan pada jalur tanaman sehingga pada areal tersebut terdapat lahan yang tidak diteras dan biasanya ditutup oleh vegetasi penutup tanah. Ukuran lebar jalur teras dan jarak antar jalur teras disesuaikan dengan jenis komoditas. Dalam pembuatan teras kebun, lahan yang terletak di antara dua teras yang berdampingan dibiarkan tidak diolah. (Sukartaatmadja, 2004).
Dalam Yuliarta, et. al., 2002, dijelaskan bahwa teras kebun merupakan bangunan konservasi tanah berupa teras yang dibuat hanya pada bagian lahan yang akan ditanami tanaman tertentu, dibuat sejajar kontur dan membiarkan bagian lainnya tetap seperti keadaan semula, biasanya ditanami tanaman penutup tanah. Teras ini dibuat pada lahan dengan kemiringan 10 – 30 %, tetapi dapat dilakukan sampai kemiringan 50 % jika tanah cukup stabil / tidak mudah longsor.
Gambar 8. Lahan sebelum diteras dan teras kebun yang telah ditanami
Dalam pembuatan teras kebun, persiapan di lapangan adalah: (a) patok induk dipasang mengikuti lereng dengan nomor kode 1, 2, dan seterusnya. Jarak antara dua patok induk disesuaikan dengan rencana jarak tanaman; pemasangan dimulai dari bagian atas lereng, (b) patok pembantu merupakan patok batas galian tanah, dengan nomor kode 1A, 1B dan seterusnya; dipasang di kanan kiri patok induk, demikian seterusnya. Untuk menentukan letak patok pembantu digunakan waterpass agar arahnya sejajar garis kontur. Jarak antara 2 patok sekitar 5 meter atau sesuai dengan rencana jarak tanam dalam lajur, (c) di bawah patok pembantu dipasang patok batas timbunan dengan nomor kode 1a, 1b, 1c, dan seterusnya yang sejajar dengan patok pembantu nomor kode 1A, 1B, 1C dan seterusnya. Jarak antara patok pembantu dan patok batas timbunan sekitar 1,5 meter dan jarak antara 2 batas timbunan 5 m.
Pelaksanaan pembuatan bangunan teras kebun adalah: (a) membuat batas galian dengan menghubungkan patok-patok pembantu melalui pencangkulan tanah, (b) menggali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkan ke bagian bawah sampai patok batas timbunan, (c) tanah urugan dipadatkan dan permukaan tanah dibuat miring ke arah dalam sekitar 1%, (d) di bawah talud dibuat selokan teras atau saluran buntu dengan panjang 2 m, lebar 20 cm dan dalam 10 cm (Yuliarti, et. al., 2004).
Teras Individu
Teras individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30 – 50 % yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di daerah yang curah hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik sehingga memungkinkan pembuatan teras individu.
Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman (pohon) sebagai tempat pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan dengan kebutuhan masing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan teras individu cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat rencana lubang tanaman dan menimbunnya ke lereng sebelah bawah sampai datar sehingga bentuknya seperti teras bangku yang terpisah. Tanah di sekeliling teras individu tidak diolah (tetap berupa padang rumput) atau ditanami dengan rumput atau tanaman penutup tanah. (Sukartaatmadja, 2004).

Gambar 9. Penampang Teras Individu
Dalam pembuatan teras individu yang harus disiapkan adalah: (a) patok induk yang dipasang mengikuti lereng (tegak lurus kontur), dimana jarak antar patok disesuaikan dengan rencana jarak tanam, (b) patok pembantu yang menghubungkan 2 patok induk yang berdampingan pada ketinggian yang sama, masing-masing dipasang di kanan dan kiri patok induk.
Sedangkan pembuatan teras individu ini dilakukan dengan: (a) membuat batas galian dengan mencangkul tanah mulai dari bagian bawah patok pembantu melalui pencangkulan tanah dengan panjang 2 meter, (b) menggali tanah di bagian bawah batas galian dan timbunkan ke bagian bawahnya sehingga membuat bidang datar dengan panjang 2 meter dan lebar sekitar 1 meter atau disesuaikan dengan keperluan tiap jenis tanaman, (c) tanah urugan dipadatkan di bagian tepi khususnya di bawah lereng (bagian timbunan) dan diberi patok-patok penguat (trucuk), (d) tanah di sekeliling teras individu tidak boleh diolah, sebaiknya ditanami rumput.
Sumber :
http://intandita9d.blogspot.com
http://yohannessudarsono.blogspot.com
http://bebasbanjir2025.worldprss.com
www.litbang.deptan.go.id/regulasi/one/12/file/BAB-IV.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar