Selasa, 24 Juli 2012

Pengaruh Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.) Dari Berbagai Klon

ABSTRAK
ANDI ARIE WIJAKUSUMA (G11108004). Pengaruh Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma Cacao L.) Dari Berbagai Klon. (Dibimbing oleh H. Ambo Ala, dan Suardy Mandung.)
Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Tanaman dan Screen House, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar yang berlangsung dari bulan Juni sampai dengan November 2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian mikoriza terhadap pertumbuhan berbagai jenis klon tanaman kakao. Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dalam Rancangan Acak Kelompok (RAK). Faktor pertama sebagai petak utama yaitu klon dari sumber benih tanaman kakao yang terdiri dari 3 lavel yaitu:  klon Sulawesi 1, klon Sulawesi 2, dan klon Phanter. Faktor kedua sebagai anak petak adalah  aplikasi mikoriza MVA yang terdiri dari 4 taraf yaitu tanaman tanpa aplikasi mikoriza, 2,5 g, 5 g, dan aplikasi 10 g per pohon. Interaksi antara aplikasi mikoriza dengan dosis 2,5 g dan perlakuan klon Phanter memberikan pengaruh terbaik pada berat basah batang dan berat basah daun umur 2 BST. Interaksi pada aplikasi mikoriza dengan dosis 5 g dan perlakuan klon Phanter memberikan pengaruh terbaik pada parameter tinggi tanaman. Interaksi antara aplikasi mikoriza dengan dosis 10 g dan perlakuan klon Sulawesi 2 memberikan pengaruh terbaik pada parameter berat basah akar, berat kering akar, dan berat basah daun pada umur 6 BST. Sadangkan pada perlakuan tanpa mikoriza pada perlakuan klon Sulawasi 2 berpengaruh pada parameter jumlah daun pada umur 5 BST. Perlakuan aplikasi mikoriza dosis 10 g memberikan pengaruh terbaik terhadap parameter tinggi tanaman pada umur 6 BST, diameter batang pada umur 6 BST, berat kering batang, volume akar jumlah daun pada umur 4 dan 6 BST, berat  kering daun pada umur 2 dan 6 BST dan luas daun pada umur 6 BST. Perlakuan klon memberikan pengaruh terbaik pada tinggi tanaman pada umur 2 BST dan luas daun umur 4 BST. Namun perlakuan klon tidak signifikan sehingga pelakuan klon tidak terlalu berpengaruh pada parameter lain diumur yang berbeda hingga akhir penelitian ini.

Kata kunci : Kakao (Theobroma cacao L), mikoriza, klon kakao (Sulawesi 1, Sulawesi 2 dan Phanter)



ABSTRACT
ANDI ARIE WIJAKUSUMA (G11108004). Mycorrhizal influence on growth of cocoa seedlings (Theobroma cacao L.) from various clones. (Supervised by H. Ambo Ala, and Suardy Mandung.)
The research activities conducted at the Laboratory of Plant Physiology and Screen House, Faculty of Agriculture, Hasannuddin University which lasts from June to November 2011. This study aims to determine the effect of giving mycorrhiza on the growth of various types of cocoa clones. This study uses a design Separate plots (RPT) in Group Randomized Design (RAK). The first factor as the main plot is a clone of the source of cocoa seeds which consists of 3 lavel namely: Sulawesi 1 clones, Sulawesi 2 clones, and Phanter clones. The second factor is the application of mycorrhizal subplot consisted of four MVA an extent that without the application of mycorrhizal plants, 2.5 g, 5 g, and the application of 10 g per tree. Interactions between mycorrhizal application at a dose of 2.5 g and treatment Phanter clone give the best effect on the wet weight of stem and leaf wet weight BST age 2. Mycorrhizal interaction in an application with a dose of 5 g and treated clones Phanter give the best effect on plant height parameter. Interactions between mycorrhizal application at a dose of 10 g and treatment of Sulawesi clones 2 gives the best effect on the parameters of the wet weight of roots, root dry weight and wet weight of leaves at the age of 6 BST. Sadangkan on treatment without mycorrhiza Sulawasi 2 clones on treatment effect on the parameters of the number of leaves at 5 BST. The treatment dose of 10 g mycorrhizal application gives you the best influence on the parameters of plant height at the age of 6 BST, stem diameter at the age of 6 BST, stem dry weight, root volume the number of leaves at the age of 4 and 6 BST, leaf dry weight at ages 2 and 6 BST and leaf area at age 6 BST. Clones provide the best treatment effect on plant height at age 2 BST and BST broad leaf age 4. But treatment is not significant so that the fate clone clone does not significantly affect the other parameters are different at the age until the end of the study.

Keywords: Cacao (Theobroma cacao L), mycorrhizae, cocoa clones (Sulawesi 1, Sulawesi 2 and Phanter)

Kamis, 24 Mei 2012

KONSERVASI TANAH DAN AIR

KONSERVASI TANAH DAN AIR

Oleh:
Andi Arie Wija Kusuma
G111 08 004

ABSTRAK

Konservasi tanah dan air atau yang sering disebutpengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.
Konservasi tanah pada umumnya terdapat di berbagai tempat yang secara nyata berdampak pada perbandingan panjang kemiringan tanah yang diakibatkan oleh air hingga tanah menyusut. Lalu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan pada konservasi air dalam rangka pengontrolan erosi dimana kemirinagan tanah yang telah ditentukan dalam persen dan panjang kemiringan tanah yang disebut dengan system cropping..
I. PENDAHULUAN
Tanah merupakan bagian ekosistem, tempat manusia, hewan, dan tumbuhan melakukan aktifitasnya, sehingga sifat-sifat tanah selalu heterogen, dinamis, dan berbeda dari suatu tempat dengan tempat yang lainnya. Wisaksono (1954); Buol, et al, (1980); Birkeland (1984); Mulyanto (1990); Darmawijaya (1990); Landon (1991), menjelaskan bahwa peran manusia sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan sifat-sifat tanah. Menurut Arsyad (1989), besarnya peran manusia dalam mempengaruhi sifat-sifat tanah diakibatkan oleh pertambahan penduduk yang cukup besar, sehingga kebutuhan akan pangan juga akan meningkat, didukung oleh meningkatnya perkembangan pembangunan dan kemiskinan yang menyebabkan timbulnya persaingan dalam penggunaan lahan dan pembukaan lahan baru di daerah upper DAS dengan melakukan penebangan liar pada hutan-hutan primer, yang seharusnya mempunyai hutan + 40% untuk dijadikan areal penyangga.
Perubahan jumlah manusia dan bentuk kegiatannya akan mengakibatkan perubahan dalam penggunaan lahan dan selanjutnya akan menyebabkan perubahan dalam kualitas lingkungan. Perubahan lingkungan ini sering merupakan akibat pemanfaatan sumberdaya alam sudah melampaui daya dukung lingkungan. Dampak yang sering terlihat adalah bertambahnya lahan kritis, meningkatnya erosi tanah dan sedimentasi serta terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Perubahan penggunaan lahan ini dalam jangka pendek terlihat rasional secara ekonomis karena banyak nilai dan manfaat langsung yang diperoleh tetapi pada sisi lain banyak manfaat dari perlindungan lingkungan dengan adanya kawasan lindung/berhutan yang tidak dihitung dalam pengambilan kebijakan untuk merubah penggunaan lahan (Crook dan Clapp, 1988). Hal ini memberikan gambaran bahwa keinginan manusia untuk memperbaiki kehidupan ekonomi tidak berarti manusia boleh mengorbankan kelestarian lingkungan.
Proses perubahan penggunaan lahan ini selain menghasilkan manfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat juga tidak lepas dari resiko terjadinya kerusakan lahan akibat erosi, pencemaran lingkungan, banjir dan lainnya. Erosi akan menyebabkan terjadinya pendangkalan waduk, penurunan kapasitas saluran irigasi, dan dapat mengganggu sistem pembangkit tenaga listrik. Erosi yang tinggi, banjir pada musim penghujan tidak hanya menimbulkan dampak negatif pada aspek bio-fisik sumberdaya alam dan lingkungan tetapi juga berdampak pada aspek sosial ekonomi masyarakat. Erosi dan banjir dapat menurunkan kualitas dan kuantitas sumberdaya alam. Produksi pertanian, perikanan dan penggunaan sumberdaya alam yang berkaitan dengan air akan menurun.
1.1 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktek lapang ini adalah untuk mengetahui konservasi yang digunakan di daerah tersebut.
Kegunaan dari praktek lapang ini adalah untuk mebandingkan teknik konseravasi yang dilakukan dengan yang ada sekarang.

II. Metodologi Percobaan
2.1 Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah merupakan kepekaan tanah terhadap erosi, dengan menggunakan rumus Hammer (1978), dalam Utomo (1989), sebagai berikut:
K = 2,713 M 1,14 (10- 4) (12 - a) + 3,25 (b- 2) + 2,5 (c- 3)
100
Dimana :
M = Persen pasir sangat halus + persen debu X ( 100 - % liat )
a = kandungan bahan organic (% C x 1,724) = 0,008 gram
b = harkat struktur tanah = 0,07 cm/jam
c = harkat permeabilitas tanah = 0,4 cm/jam
2.2 Faktor Erosivitas Hujan (R)
E = f (I, r, v, t, m)
Dimana :
E = Erosi f = topografi I = Iklim v= Vegetasi
Sedangkan indikasi erosi menurut Universal Soil Loss Equation (USLE), dikenal dengan adanya persamaan:
A = R x K x LS x C x P
Faktor Erosivitas Hujan (R)
R = ∑n = 1 E I30 E I30 = E ( I 30 10-2)

Atau dengan digunakan berbagai formula atau persamaan untuk memperoleh nilai R, diantaranya rumus pendugaan EI 30 menurut Bols (1978), yaitu :
E I 30 = 6.119 (R)1,21 (H) -0,47 ( RM)0,53
Dimana :
E I30 = Indeks erosiviotas hujan bulanan rata – rata
R = Curah hujan rata – rata bulanan (cm)
H = jumlah hari hujan rata – rata bulanan ( hari )
RM = Curah hujan maksimum 24 jam bulanan (cm)
2.3 Metode Penetapan Tekstur di Laboratorium
a. Penentuan Tekstur dengan Menggunakan Hidrometer
V = K . D2
Dimana :
V = Kecepatan jatuh partikel atau fraksi
K = Konstanta yang tergantung pada suhu dan berat jenis padatan
Partikel.
D = Diameter partikel tanah.
b. Prosedur Kerja
1. Timbang 20 gram tanah kering udara, butir-butir tanah ini berukuran kurang
dari 2 mm.
2. Masukkan kedalam Erlenmeyer atau botol tekstur dan tambahkan 10 ml calgon 0,05% dan air secukupnya.
3. Tutup dengan plastik, kocok dengan mesin pengocok selama 1 - 2 jam.
4. Tuangkan secara kualitatif semua isinya kedalam silinder sedimentasi 500 ml yang di atasnya dipasangi saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan bersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
5. Semprot dengan sprayer sambil diaduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringan sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).
6. Pasir yang tertinggal dipindahkan kedalam cawan dengan pertolongan botol semprot kemudian masukkan dalam oven bersuhu 105oC selama 2 x 24 jam, selanjutnya masukkan dalam desikator dan timbang hingga berat pasir diketahui (catat sebagai C gram).
7. Cukupkan larutan suspensi dalam silinder sedimentasi dengan air destilasi hingga 500 ml.
8. Angkat silinder sedimentasi, sumbat baik-baik dengan karet lalu kocok dengan membolak-balik tegak lurus 180o sebanyak 20 kali, atau dapat juga dilakukan dengan memasukkan pengocok kedalam silinder sedimentasi lalu aduk naik turun selama 1 menit.
9. Dengan cepat tuangkan kira-kira 3 tetes amyl alcohol kepermukaan suspensi untuk menghilangkan gangguan buih yang mungkin timbul.
10. Setelah 15 detik, masukkan hydrometer kedalam suspensi dengan hati-hati agar suspensi tidak banyak terganggu.
11. Setelah 40 detik, baca dan catat pembacaan hydrometer pertama (H1) dan suhu suspensi (t1).
12. Dengan hati-hati keluarkan hydrometer dari suspensi.
13. Setelah menjelang 8 jam, masukkan hydrometer dan catat pembacaan hydrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2).
14. Hitung berat debu dan liat dengan menggunakan persamaan dibawah ini :
Berat debu dan liat = [ H¬1 + 0,3 (t1 – 19,8)] – 0,5………………..(a)
2

Berat liat = [ H¬2 + 0,3 (t2 – 19,8)] – 0,5…………….....(b)
2

Berat debu = berat (debu + liat ) – berat liat ……….….. (c)
15. Hitung persentase pasir, debu dan liat dengan persamaan :
% pasir = C x 100
a+ c


% debu = (a - b) x 100
a+ c


% liat = b x 100
a+ c


16. Masukkan nilai yang di dapat dalam segitiga tekstur.

2.4 Metode Penetapan Bahan Organik
a. Prosedur Kerja
1. Timbangkan contoh tanah dengan neraca analitis sebanyak 2 gram.
2. Masukkan ke dalam labu erlenmeyer 250 ml.
3 Tambahkan dengan teliti 10 ml larutan K2Cr2O7 1 N (pipet) dan reaksikan dengan 10 ml H2SO4 dan biarkan reaksi dapat dilakukan pemanasan suspensi pada suhu 40oC selama 5 menit.
4. Tambahkan aquades kira-kira 50 ml dan 10 ml H3PO4.
5. Tetesi 1 ml indikator dan tambahkan pula larutan F++ yang telah distandarisasi.
6. Titik akhir titrasi adalah pada saat terjadi perubahan warna biru kehitaman menjadi hijau.
7. Catat volume titran Fe++ yang digunakan, begitupula normalitas.
b. Perhitungan
% C = (ml B – ml t) N x 3 x 1,33
Mg contoh tanah tanpa air

% Bahan Organik = % C x 1,724
2.5 Metode Penetapan Permeabilitas
a. Prosedur Kerja
1. Menutup salah satu ujung ring sampel dengan barrier untuk menahan tanah di dalam ring. Untuk itu, dapat menggunakan dua helai kain yan cukup porous tetapi efektif menahan partikel, mengikat dengan karet gelang. (Konduktivitas material yang digunakan harus sebesar mungkin, tetapi cukup efektif menahan tanah).
2. Meletakkan sampel, dengan bagian yang tertutup barrier di bagian bawah, ke dalam sebuah tray yang berisi air. Kedalaman air kira-kira stengah dari tinggi sampel. Setelah seluruh permukaan tanah sampel basah, menaikkan terendam selama sedikitnya 12 jam.
3. Selanjutnya sampel tanah utuh dimasukkan kedalam permeameter.
4. Kemudian mencatat jumlah air yang mengalir dari sampel tanah ke pipa kapiler kemudian diteruskan ke dalam buret dalam waktu 1 jam.

Perhitungan Permeabilitas dengan dasar Hukum Darcy (Syarief, 1989)
K = Q x L x 1
t h A
Dimana
K = Permeabilitas (cm/ jam)

Q = Banyak air yang mengalir pada setiap pengukur (ml)

L = Tebal contoh tanah (cm) (tinggi ring sampel)

A = Luas contoh tanah (cm) (luas permukaan tanah )

t = Waktu pengukuran (jam)

h = Tinggi permukaan air dari permukaan contoh tanah (cm) (konstan 4 cm)


III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Faktor Erosivitas Hujan (R)
Indeks erosivitas hujan (R) yang digunakan adalah EI30 yang menurut Bols (1978) dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
EI30 = 6.119 (R)1.21(H)-0.47(RM)0.53
Dimana :
EI30 = indeks erosivitas hujan bulanan rata-rata
R = curah hujan rata-rata bulanan (cm)
H = jumlah hari hujan rata-rata bulanan (hari)
RM = curah hujan maksimum 24 jam bulanan (cm)
Tabel . Data Curah Hujan Tahun 2007
Bulan Curah Hujan Rata-Rata (cm/bulan) Jumlah Hari Hujan (hari) Curah Hujan Maksimal (cm)
Januari 9 6 20
Februari 16 11 27
Maret 21 4 43
April 15 16 45
Mei 21 12 40
Juni 10 10 23
Juli 12 4 20
Agustus 19 2 26
September 24 1 24
Oktober 15 11 29
Nopember 10 11 17
Desember 18 15 40
Besarnya indeks erosivitas hujan pada lahan praktek lapang diketahui sebesar 6.892 cm/bulan.
Faktor Erodibilitas Tanah (K)
Erodibilitas tanah (K) adalah kepekaan tanah terhadap erosi. Erodibiltas tanah dapat diduga dengan mengetahui nilai analisis ukuran partikel (tekstur tanah), kandungan C-organik dan permeabilitasnya. Erodibiltas tanah dapat diduga dengan menggunakan nomograf (Wischmeier, 1971), atau menggunakan rumus Hammer (1978) berikut :
K=(2.713M^(1.14) (〖10〗^(-4) )(12-a)+3.25(b-2)+2.5(c-3))/100
Dimana :
M = persen pasir sangat halus + persen debu nya (100 - %liat)
a = kandungan bahan organik (%C nya 1,724)
b = harkat struktur tanah
c = harkat permeabilitas tanah
Tabel 2. Kelas erodibilitas tanah menurut USDA-SCS
Kelas USDA-SCS Nilai K Uraian Kelas
1
2
3
4
5
6 0 – 0,10
0,11 – 0,20
0,21 – 0,32
0,33 – 0,43
0,44 – 0,55
0,56 – 0,64 Sangat rendah
Rendah
Sedang
Agak tinggi
Tinggi
Sangat tinggi

Berdasarkan dari hasil analisis tersebut maka diketahui bahwa nilai erodibiltas tanah (K) pada lahan praktek lapang terpadu yaitu sebesar 0,1199 dengan kriteria rendah.
Penetapan Tekstur Tanah
Penetapan tekstur tanah dapat diketahui dengan analisis laboratorium menggunakan metode segitiga tekstur (USDA) sehingga akan diperoleh persentase pasir, debu, dan liat. Hasil analisis tekstur menunjukkan bahwa lahan praktek lapang memiliki 44,42 % pasir, 1,71 % debu, dan 33,87 % liat, dalam analisis segitiga tekstur (USDA) tergolong kedalam kelas liat.
Penetapan Bahan Organik
Pada prinsipnya metode penetapan bahan organik dapat dikelompokkan berdasarkan kehilangan berat, kandungan unsur C, dan Reagen. Bahan organik pada suatu lahan dapat ditentukan dengan persamaan berikut:
% C= ((ml B-ml t)Nx3x1,33)/(mg contoh tanah tanpa air)
% Bahan Organik=%C x 1,724
Dari hasil analisis diketahui bahwa persentase bahan organik pada lahan praktek lapang terpadu, yaitu sebesar 0,013
Penentuan Permeabilitas
Permeabilitas merupakan sifat yang menyatakan laju pergerakan suatu zat cair melalui suatu media yang berpori-pori, dan disebut pula konduktifitas hidrolik yang dipengaruhi oleh kadar air pada saat air dialirkan sehingga permeabilitas tanah dan hantaran hidrolik tanah sebagian besar pada ukuran pori dan tingkat pengisian pori-pori oleh air pada suatu tingkat tertentu. Perhitungan permeabilitas dengan dasar Hukum Darcy (Syarief, 1989) :
K= Q/t x L/h x 1/A cm/jam
Hasil analisis diketahui bahwa nilai permeabilitas lahan tersebut yaitu sebesar 0,4 cm/jam dengan kriteria lambat.
Faktor Panjang Lereng dan Kemiringan Lereng (LS)
Faktor panjang dan kemiringan lereng dihitung menggunakan rumus Morgan (1979), menggunakan nomograf nilai faktor LS (Arsyad, 2006), dengan persamaan :
LS= √L/100(1,38+0,965 S+〖0,138 S〗^2
Dimana :
LS = faktor lereng
L = panjang lereng
S = persen kemiringan lahan
Nilai panjang dan kemiringan lereng pada lahan praktek lapang tersebut, diketahui sebesar 77,85 cm
Faktor Vegetasi Penutup Tanah (C)
Kondisi tutupan lahan berdasarkan jenis penggunaan lahan untuk mengetahui nilai indeks tutupan vegetasi di lokasi praktek. Dan nilai C dapat dihitung dengan persamaan :
C= A/(R x K x LS x P)
Dimana :
A = Banyaknya tanah yang tererosi
R = Faktor Erosivitas hujan
K = Faktor Erodibilitas tanah
L = Faktor panjang lereng
S = Faktor kemiringan lereng
C = Faktor vegetasi penutup tanah
P = Faktor tindakan konservasi tanah
Nilai C juga dapat diketahui dengan menggunakan tabel indeks pengelolaan tanaman berikut, sehingga diperoleh niilai indeks tutupan vegetasi di lokasi praktek lapang diketahui sebesar 0,1 karena jenis tanaman yang ada pada lokasi praktek lapang merupakan tanaman perkebunan.
Tabel . Indeks Pengelolaan Tanaman (Nilai C)
Jenis Tanaman C
Padi sawah 0,01
Tebu 0,2 – 0,3*
Padi gogo (lahan kering) 0,53
Jagung 0,64
Sorgum 0,35
Kedelai 0,4
Kacang tanah 0,4
kacang hijau 0,35
Kacang tunggak 0,3
Kacang gude 0,3
Ubi kayu 0,7
Talas 0,7
Kentang ditanam searah lereng 0,9
Kentang ditanam menurut kontur 0,35
Ubi jalar 0,4
Kapas 0,7
Tembakau 0,4 – 06*
Jahe dan sejenisnya 0,8
Cabe, bawang, sayuran lain 0,7
Nanas 0,4
Pisang 0,4
Teh 0,35
Jambu mete 0,5
Kopi 0,6
Coklat 0,8
Kelapa 0,7
Kepala sawit 0,5
Cengkeh 0,5
Karet 0,6–0,75*
Serai wangi 0,45
Rumput Brachiaria decumbens tahun 1 0,29
Rumput Brachiaria decumbens tahun 2 0,02
Rumput gajah, tahun 1 0,5
Rumput gajah, tahun 2 0,1
Padang rumput (permanen) bagus 0,04
Padang rumput (permanen) jelek 0,4
Alang-alang, permanen 0,02
Alang-alang, dibakar sekali setiap tahun 0,1
Tanah kosong, tak diolah 0,95
Tanah kosong diolah 1,0
Ladang berpindah 0,4
Pohon reboisasi, tahun 1 0,32
Pohon reboisasi, tahun 2 0,1
Tanaman perkebunan, tanah ditutup dengan bagus 0,1
Tanaman perkebunan, tanah berpenutupan jelek 0,5
Semak tak terganggu 0,01
Hutan tak terganggu, sedikit seresah 0,005
Hutan tak terganggu, banyak seresah 0,001
Sumber: Abdurrachman et al. (1984); Ambar dan syahfrudin dikutip oleh BPDAS Wampu Sei ular (2005) dan Rahmawaty (2009).

Faktor Tindakan Konservasi (P)
Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah (P) adalah nisbah antara besarnya erosi dari lahan dengan suatu tindakan konservasi tertentu terhadap besarnya erosi pada lahan tanpa tindakan konservasi (Suripin, 2001). Nilai P adalah 1,0 yang diberikan untuk lahan tanpa adanya tindakan pengendalian erosi. Menurut USLE persamaan umum nilai P yaitu sebagai berikut:
P= A/(R x K x LS x C)
dimana :
C = nilai faktor pertanaman
R = erosivitas
K = erodibilitas
LS = faktor lereng
P = faktor tindakan konservasi
Nilai faktor tindakan manusia dalam konservasi tanah (P) sebesar 0,1.
Dari faktor erosivitas hujan, faktor erodibilitas tanah, tekstur tanah, permeabilitas tanah, kandungan bahan organik, faktor panjang dan kemiringan lereng, faktor vegetasi penutup tanah, dan faktor tindakan konservasi, maka diketahui indikasi erosi lokasi praktek lapang terpadu, yaitu sebesar ............. yang diperoleh dari persamaan berikut :
A = R x K x L x S x C x P
Dimana :
A = Banyaknya tanah yang tererosi
R : Indeks erosivitas hujan
K : Indeks erodibilitas tanah
L : Indeks Panjang Lereng
S : Indeks Kemiringan Lereng
C : Indeks penutup tanah
P : Indeks tindakan konservasi tanah

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum konservasi tanah dan air yang telah dilaksanakan diperoleh bahwa nilai erosivitas lahan adalah 6076,11, panjang lereng 3,02 m dengan kemiringan 14,24 sehingga faktor panjang dan kemiringan lereng adalah 0,75. Adapun indikasi erosinya adalah 572,745 yang diperoleh dari faktor erodibilitas tanah 0.1199, dengan kadar organik 0,013%, permeabilitas 0,4 cm/jam dan vegetasi serta faktor tindakan konservasi masing-masing sebesar 0,1.
Keberhasilan penerapan teknologi konservasi tanah dan air di suatu wilayah sangat tergantung pada kesesuaian dan kemampuan lahan, biaya dan dalam pelaksanaannya diarahkan untuk menerapkan teknologi sederhana yang ramah lingkungan dan dapat diterima oleh masyarakat. Jadi teknik konservasi yang dilaksanakan oleh masyarakat di tempat praktek lapang terpadu sudah sesuai, karena lahannya merupakan lahan miring dan mereka menggunakan system teras. Selain itu, teknik konservasi yang dapat diterapakan adalah pemenfaatan sisa-sisa tanaman (pangkasan).

BUDIDAYA TAN KOPI








KOPI

Sejarah kopi telah dicatat sejauh pada abad ke-9. Pertama kali, kopi hanya ada di Ethiopia, dimana biji-bijian asli ditanam oleh orang Ethiopia dataran tinggi. Akan tetapi, ketika bangsa Arab mulai meluaskan perdagangannya, biji kopi pun telah meluas sampai ke Afrika Utara dan biji kopi disana ditanam secara massal. Dari Afrika Utara itulah biji kopi mulai meluas dari Asia sampai pasaran Eropa dan ketenarannya sebagai minuman mulai menyebar.
Kopi masa ke masa
  • 1000 SM Kopi mulai dikenal oleh suku Galla di Afrika Timur.
  •  >5 M Kopi sudah dikenal di pelosok Ethopia
  • 00-1000 M Kopi dikenal pertama kali oleh bangsa Arab sebagai minuman energi (untuk begadang). Penyebaran kopi dimulai saat itu bersamaan dengan penyebaran Islam. Sumber kopi pertama di Mocha salah satu derah di Yaman.
  • 1000 M Ibnu Sina menyelidiki zat kimiawi kopi, dokumennya merupakan dokumen pertama yang diketahui membedah kopi dari ilmu kedokteran dan kesehatan.
  • 400 M Penyebaran kopi dan kedai kopi pesat di jazirah Arab, terutama Mekkah dan Madinah.
  • 453 M Kopi diperkenalkan di Konstantinopel oleh bangsa Turki (kekhalifahan Ottoman). Kedai kopi yang pertama kali tercatat disana bernama Kiva Han, dibuka tahun 
  • 1475.1600 M Paus Clement VIII, menegaskan untuk mempertimbangkan bahwa ‘budaya ngopi’ merupakan sebuah bid’ah, ‘budaya luar’ yang dapat mengancam (infidel) dan karena itu berdosa bagi yang meminumnya. Namun kemudian ia mengizinkan jika ‘ngopi’ menjadi bagian (alternatif) dari makanan/minuman yang halal dimakan oleh seorang Kristen. Pada tahun itu juga, kopi dibawa dari Mekkah ke jazirah India (Asia kecil) oleh orang yang bernama Baba Budan ketika pulang haji dari Mekkah.
  • 1616 M Kopi dibawa dari Mocha (Yaman) ke Belanda.
  • 1645 M Kedai kopi pertama dibuka di Venice, Italia.
  • 1650 M Kedai kopi pertama dibuka di negeri Kristen (Christendom) tepatnya di Oxford.
  • 1658 M Belanda membuka kebun pertama di Ceylon (Srilanka)
  • 1668 M Kedai kopi ‘Edward Lloyd’s’ dibuka di London. Dari kedai kopi inilah kemudian Edward membuka perusahaan asuransi paling terkemuka di dunia Lloyd of London Insurance.
  • 1668 M Kopi mulai dikenal di Amerika Utara.
  • 1669 M Kedai kopi dikenalkan di Paris oleh duta besar Turki kepada raja Louis XIV.
  • 1670 M London gandrung kopi. Kedai kopi dibuka di setiap sudut London. Kopi mulai diperkenalkan di Jerman. Di Brasilia, penanaman kopi di mulai. Jenis kopi yang ditanam adalah Coffea Arabica Lind.
  • 1674 M Petisi Perempuan menentang kopi dikeluarkan di London.
  • 1675 M Hidangan teh (tea house) mulai dikenalkan di Belanda. Sebelumnya yang ada cuma sajian minuman bir/malt.
  • 1675 M Raja Charles II menutup seluruh kedai kopi di London, tuduhan utamanya adalah kedai kopi sebagai tempat pemufakatan makar.
  • 1679 M Ahli kimia di Marseilles, Prancis memberikan kesaksian bahwa kopi merusak dan membahayakan kesehatan.
  • 1679 M Kedai kopi pertama dibuka di Hamburg, Jerman.
  • 1688 M Lebih dari 800 kedai kopi dibuka di daerah Soho (Inggris). Terutama oleh pelarian Kristen Calvinis dari Prancis (Huguenots).
  • 1689 M Café khas Perancis pertama dibuka, bernama Café de Procope-walau dengan suasana krisis setelah pengumuman kopi merusak kesehatan.
  • 1696 M  Kedai kopi pertama bernama The King’s Arms dibuka di New York.
Seorang warganegara Belanda bernama Zwaardecroon, membawa beberapa benih tanaman dari Mekkah ke Bogor, Indonesia. Dan, menjadi tanaman komoditas terpenting di Hindia Belanda.
  • 1706 M Kopi Jawa diteliti Belanda di Amsterdam.
  • 1714 M Kopi Jawa hasil penelitian, oleh Belanda diperkenalkan dan ditanam di Jardin des Plantes oleh raja Louis XIV.
  • 1720 M Kedai kopi Florian bertahan buka di Florence.
  • 1723 M Gabriel du Clieu membawa biji kopi dari Prancis ke Martinique.
  • 1727 M Francisco de Mello membawa biji kopi dari Prancis untuk ditanam di Brazil.
  • 1730 M Inggris menanam kopi di Jamaica.
  • 1732 M Johann Sebastian Bach membuat komposisi Coffee Cantata, di Leipzig. Kantata ini menggambarkan perjalanan spiritual yang juga sebagai parodi atas ketakutan orang Jerman terhadap pesatnya popularitas kopi di German (bangsa Jerman penggemar bir)
  • 1777 M Raja Jerman (Prussia) mengumumkan kritikan dan pelarangan atas kopi, dan mengumumkan bir sebagai minuman nasional Jerman Raya.
  • 1790 M Kedai kopi awal khas British menghilang perlahan tergantikan oleh kedai beer (tavern).
  • 1802 M Cafe sebagai kata yang menunjukkan tempat mulai diperkenalkan di Inggris (sebelumnya coffee house). Kata ini berasal dari kata Prancis ‘eafé’ dan hampir seakar dengan bahasa Italia ‘caffe’. Café menunjukan sebuah tempat yang merupakan restoran dengan menu utama minuman kopi.
  • 1809 M Kopi impor dari Brazil pertama kali masuk pasar Amerika di Salem, Massasuchet.
  • 1820 M Zat Caffeine dalam minuman kopi ditemukan berbarengan oleh tiga penelitian berbeda – dan, tentunya masing-masing peneliti itu bekerja sendiri-sendiri – yang dilakukan oleh Runge, Robiquet, Pelletier dan Caventou
  • 1822 M Prototip dari sebuah mesin kopi espresso dibuat di Prancis.
  • 1839 M Kata ‘Cafetaria’ diperkenalkan sebagai kata hibrida (gabungan) dari Meksiko, Spanyol Dan Inggris.
  • 1859 M Michael Thonet’s Vienna Café chair No. 14 (bangku kedai kopi khusus diperkenalkan pertama kali sebagai ‘bangku yang cocok digunakan sambil menghirup kopi’.
  • 1869 M Cofee leaf rust (jamur kopi) pertama kali diketemukan di Srilanka dan tanaman kopi di Asia.
  • 1873 M Kopi dalam kemasan secara massal diperkenalkan pertama kali di Amerika oleh John Arbukle.
  • 1882 M Dibentuk The New York Coffee Exchange
  • 1869 M Berjangkit suatu penyakit jamur di seluruh Asia yang menyebabkan kerusakkan dari kopi berjenis Coffea Arabica Lind yang waktu itu banyak ditanam di Asia. Hingga pada tahun ini orang mulai menanam bermacam-macam jenis kopi yang banyak terdapat di daerah Congo.
  • 1904 M Mesin espresso dibuat modern oleh Fernando Illy.
  • 1906 M Brazil menaikkan harga kopi setelah menciptakan harga (kurs) tetap untuk komoditas kopi.
  •  1910 M Jerman membuat kopi decaf (pengurangan zat caffein pada kopi seminimal mungkin) Dan diperkenalkan ke Amerika dengan nama Dekafa.
  • 1911 M Pedagang kopi di Amerika membentuk Asosiasi Kopi Nasional.
  • 1915 M Pyrex ditemukan. Pertama kali dipakai sebagai lampu penerangan terutama di perusahaan kereta api sebagai penutup lampu yang tahan panas dan cuaca ataupun benturan fisik. Mulai diperkenalkan sebagai alat dapur, sebagai pengganti kaca. Kedai kopi menggunakan pyrex sebagai gelas tahan panas.
  • 1920 M Kedai kopi ‘baru’ booming di Amerika.
  • 1925 M Vienna Café chair No. 14 diikutkan dalam pameran L’esprit Nouveau di Perancis oleh Le Corbusier. Sampai tahun 1933 bangku model ini diproduksi lebih dari 50 juta.
  • 1927 M Mesin kopi espresso pertama kali diperkenalkan di Amerika. Kedai kopi pertama yang memakai ‘La Pavoni’ di New York. Mesin ini didesain khusus oleh arsitek ternama Italia Gio Ponti.
  • 1928 M Federasi Kopi Kolumbia dibentuk.
  • 1930-1944 M Brazil memusnahkan 78 juta kantong kopi untuk menstabilkan harga.
  • 1938 M Cremonesi membuat pompa piston yang dapat menyemprotkan air panas dengan keepatan tinggi untuk menyeduh kopi.
  • 1938 M Nestle menemukan kopi instan di Brazil, Nestle sampai saat ini merupakan penghasil kopi instan terbesar di dunia.
  • 1939-1945 M Pasukan Amerika membawa kopi instan dalam perang dan memperkenalkannya ke seluruh dunia.
  • 1942 M Kopi menjadi barang yang disimpan secara sembunyi-sembunyi. Di Inggris pada masa ini kopi dijatah pada jumlah tertentu.
  • 1946 M Pabrik Gaggia memproduksi mesin Capucinno secara komersial untuk pertama kali. Kata Capucinno berasal dari warna jubah pendeta Capucin (aliran Francisian-1529).
  • 1948 M Achille Gaggia menemukan mesin kopi espresso secara massal di Milan.
  • 1952 M Mesin Gaggia diimpor ke Inggris. Pada tahun ini kedai kopi setelah perang dunia kedua untuk pertama kali dibuka di London di bulan Juli.
  • 1953 M Bar Espresso menyebar di seluruh Soho. Yang pertama kali adalah Mocha di jalan 29 Frith Street.
  • 1954 M Pembatasan kepemilikan sejumlah komoditi seperti kopi berakhir dengan berakhirnya masa transisi perang dunia kedua.
  • 1957 M Catherine Uttley mendaftar ada 200 bar kopi di London. Mulai banyak yang bar kopi yang memakai plastik mulai dari peralatan dapur, makan, lantai sampai furnitur.
  • 1960 M Bar kopi tercatat bertambah dua kali lipat dari 1,000 menjadi 2,000 di seluruh Inggris, terbanyak di London, sekitar 500 buah.
  • 1962 M  Puncak dari konsumsi kopi per kapita di Amerika, 3 cangkir per orang per hari.
  • 1962 M Perjanjian Internasional mengenai perdagangan kopi dibuat, tujuannya mengontrol harga.
  • 1964 M Bar kopi sekarat di Inggris, tergantikan oleh restoran dengan berbagai hidangan.
  • 1970 M Mokha café tutup setelah dikomplain sinis oleh penulis Amerika William S Burrough.
  • 1971 M Gerai Starbuck pertama dibuka di Seattle.
  • 1973 M Fair Trade Coffee pertama kali diimpor ke Eropa dari Guatemala.
  • 1975 M Brazil menderita karena gagal panen, harga kopi dunia meroket.
  • 1989 M Perjanjian Kopi Internasional gagal menstabilkan harga. Dalam sejarah perdagangan kopi turun ke tingkat yang paling rendah.
  • 1990 M Beberapa kedai kopi tutup karena penataan ruang (redevelopment) di Inggris. Diperkenalkan organic coffee yang menjadi primadona di pasar kopi dunia.
  • 1998 M Starbuck mencapai 2.000 gerai di Amerika saja. Di seluruh dunia 5.715 gerai. Sedangkan di Indonesia telah dibuka sebanyak 11 gerai. Starbuck memposisikan diri sebagai kedai kopi dengan jaringan terbesar di seluruh dunia.

Budidaya  Tanaman  KOPI 
Secara  ekonomis  pertumbuhan  dan  produksi  tanaman  kopi  sangat  tergantung  pada  atau  dipengaruhi  oleh  keadaan  iklim  dan  tanah.  Kebutuhan  pokok  lainnya  yang  tak  dapat  diabaikan  adalah  mencari  bibit  unggul  yang  produksinya  tinggi  dan  tahan  terhadap  hama  dn  penyakit.  Setelah  persyaratan  tersebut  dapat  dipenuhi,  suatu  hal  yang  juga  penting  adalah  pemeliharaan,  seperti:  pemupukan,  pemangkasan,  pohon  peneduh,  dan  pemberantasan  hama  dan  penyakit.  
Iklim  yang  Cocok  untuk  Tanaman  Kopi 
Persyaratan  iklim  kopi  Arabika  : 
  • Garis  lintang  6‐9o  LU  sampai  24o  LS. 
  • Tinggi  tempat  1250  s/d  1.850  m  dpl. 
  • Curah  hujan  1.500  s/d  2.500  mm/th. 
  • Bulan  kering  (curah  hujan  <  60  mm/bulan)  1‐3  bulan. 
  • Suhu  udara  rata‐rata  17‐21o  C. 

Persyaratan  iklim  Kopi  Robusta  : 
  • Garis  lintang  20o  LS  sampai  20o  LU. 
  • Tinggi  tempat  300  s/d  1.500  m  dpl. 
  • Curah  hujan  1.500  s/d  2.500  mm/th. 
  • Bulan  kering  (curah  hujan  <  60  mm/bulan)  1‐3  bulan. 
  • Suhu  udara  rata‐rata  21‐24o  C. 

Pengaruh  angin  : 
Pohon  tanaman  kopi  tidak  tahan  terhadap  goncangan  angin  kencang,  lebih‐lebih  dimusim  kemarau.  Karena  angin  itu  mempertinggi  penguapan  air  pada  permukaan  tanah  perkebunan.  Selain  mempertinggi  penguapan,  angin  dapat  juga  mematahkan  dan  merebahkan  pohon  pelindung  yang  tinggi,  sehingga  merusakkan  tanaman  di  bawahnya. 

Tanah 
Sehubungan  dengan  tanah  ini  yang  penting  untuk  dipelajari  terutama  sifat  fisik  tanah  dan  sifat  kimia  tanah. 

1. Sifat  fisik  tanah  untuk  pertanaman  kopi
Sifat  fisik  tanah  meliputi:  tekstur,  struktur,  air  dan  udara  di  dalam  tanah.  Tanah  untuk  tanaman  kopi  berbeda‐beda,  menurut  keadaan  dari  mana  asal  tanaman  itu.  Pada  umumnya  tanaman  kopi  menghendaki  tanah  yang  lapisan  atasnya  dalam,  gembur,  subur,  banyak  mengandung  humus,  dan  permeable,  atau  dengan  kata  lain  tekstur  tanah  harus  baik.  Tanah  yang  tekstur/strukturnya  baik  adalah  tanah  yang  berasal  dari  abu  gubung  berapi  atau  yang  cukup  mengandung  pasir.  Tanah  yang  demikian  pergiliran  udara  dan  air  di  dalam  tanah  berjalan  dengan  baik.  Tanah  tidak  menghendaki  air  tanah  yang  dangkal,  karena  dapat  membusukkan  perakaran,  sekurang‐kurangnya  kedalaman  air  tanah  3  meter  dari  permukaannya.  Akar  tanaman  kopi  membutuhkanoksigen  yang  tinggi,  yang  berarti  tanah  yang  drainasenya  kurang  baik  dan  tanah  liat  berat  adalah  tidak  cocok.  Sebab  kecuali  tanah  itu  sulit  ditembus  akar,  peredaran  air  dan  udara  pun  menjadi  jelek.
Demikian  pula  tanah  pasir  berat,  pada  umumnya  kapasitas  kelembaban  kurang,  karena  kurang  dapat  mengikat  air.  Selain  itu  tanah  pasir  berat  juga  mengandung  N  atau  zat  lemas.  Zat  lemas  sangat  dibutuhkan  oleh  tanaman  kopi,  terutama  dalam  pertumbuhan  vegetatif.  Hal  ini  dapat  dibuktikan  pada  pertumbuhan  tanaman  di  tanah‐tanah  hutan  belantara  hasilnya  sangat  memuaskan,  karena  humus  banyak  mengandung  berbagai  macam  zat  yang  dibutuhkan  untuk  petumbuhan  dan  pembuahan.      Sebaliknya  pada  tanah‐tanah  yang  ditanami  kembali  (tanaman  ulang  =  replanting)  pertumbuhan  dan  hasilnya  kurang  memuaskan.  Maka  apabila  dipandang  perlu  tanaman  ulang  ini  hendaknya  diganti  dengan  tanaman  yang  tidak  sejenis,  karena  tanaman  yang  berlainan  kebutuhan  zat  makanan  juga  berbeda. .
 
2. Sifat  Kimia  Tanah 
Sifat  kimia  tanah  yang  dimaksud  di  sini  ialah  meliputi  kesuburan  tanah  dan  PH.  Di  atas  telah  dikemukakan,  bahwa  tanaman  menghendaki  tanah  yang  dalam,  gembur  dan  banyak  mengandung  humus. 
Hal  ini  tidak  dapat  dipisahkan  dengan  sifat  kimia  tanah,  sebab  satu  sama  lain  saling  berkaitan.  Tanah  yang  subur  berarti  banyak  mengandung  zat‐zat  makanan  yang  dibutuhkan  oleh  tanaman  untuk  pertumbuhan  dan  produksi. 
Tanaman  kopi  menghendaki  reksi  yang  agak  asam  dengan  PH  5,5  ‐ 6,5.  Tetapi  hasil  yang  baik  sering  kali  diperoleh  pada  tanaman  yang  lebih  asam,  dengan  catatan  keadaan  fisisnya  baik,  dengan  daun‐daun  cukup  ion  Ca++  untuk  fisiologi  zat  makanan  dengan  jumlah  makanan  tanaman  yang  cukup.  Pada  tanah  yang  bereaksi  lebih  asam,  dapat  dinetralisasi  dengan  kapur  tohor,  atau  yang  lebih  tepat  diberikan  dalam  bentuk  pupuk;  misalnya  serbuk  tulang/Ca‐(PO2)  +  Calsium  metaphospat/Ca(PO2). 

Bercocok  Tanam  Tanaman  Kopi 
Dalam  rangka  bercocok  tanam  kopi,  selain  memperhatikan  keadaan  iklim,  jenis  dan  varietas  yang  akan  ditanam,  juga  harus  diperhatikan  pekerjaan‐pekerjaan  yang  akan  dilaksanakan,  seperti  : 

Pembibitan  dan  Persemaian  Tanaman  Kopi 
Bibit  yang  akan  ditanam  dapat  berasal  dari  :  
  •  biji  (zaaling),  pembiakan  secara  genertaif. 
  • Sambungan  atau  stek,  pembiakan  secara  vegetatif. 
Pembiakan  Bibit  Tanaman  Kopi  dari  Biji 
Cara  memperoleh  biji  kopi  : 
  1. Dari  kebun  sendiri,  biji  diambil  dari  pohon  yang  telah  diketahui  mutunya.  Pohon  induk  yang  produksinya  cukup  tinggi,  tahan  terhadap  nematoda,  bubuk  buah  maupun  bubuk  batang,  atau  dengan  kata  lain  yang  tahan  terhadap  hama  dan  penyakit. 
  2. Balai  penelitian  perkebunan,  bersumber  dari  kebun  percobaan  yang  menghasilkan  biji  telah  teruji  keunggulannya. 
Cara  memilih  dan  memelihara  biji  kopi: 
Buah  yang  dipungut  adalah  yang  masak,  kemudian  dipilih  yang  baik,  tidak  cacat  dan  yang  besarnya  normal.  Jika  biji  ini  tidak  memenuhi  syarat  harus  disingkirkan.  Semua  buah/biji  kopi  yang  memenuhi  syarat  kemudian  dikerjakan  sebagai  berikut: 
  • Biji  dikelupas  kulitnya,  dinjak‐injak  dengan  kain,  tetapi  kulit  tanduk  tidak  sampai  lepas.
  • Lendir  yang  melekat  dibersihkan,  dengan  jalan  dicuci  atau  digosok  permukaannya  dengan  abu  dapur. 
  • Setelah  bersih  biji  dikering  anginkan  satu  atau  dua  hari,  tidak  langsung  terkena  sinar  matahari,  melainkan  kering  angin.  
  • Biji‐biji  yang  sudah  kering,  selanjutnya  diadakan  pemilihan  yang  kedua  kalinya.  Jika  biji  kopi  itu  hampa  dan  bentuknya  jelek,  harus  disortasi,  tidak  perlu  disemai. 
     Cara  menyimpan  biji  kopi: 
Biji‐biji  kopi  yang  telah  dipilih  dalam  keadaan  kering  dapat  terus  disemaikan.  Untuk  menungggu  musim  persemaian  yang  tepat,  biji  dapat  disimpan  untuk  sementara  waktu.  Dan  untuk  menghindari  terjadinya  serangan  hama  bubuk  atau  untuk  memetikan  bubuk  yang  mungkin  ada,  maka  biji‐biji  kopi  tersebut  bisa  dimasukkan  dalam  peti  dengan  jalan: 
  • Pada  dasar  peti  diberi  lapisan  kain  yang  diberi  minyak  terpentin  dengan  dosis  1  cc  /  100  cm2.  Dan  di  atas  kain  pada  lapisan  biji  setebal  5  cm,  diberi  kain  lagi  yang  diberi  minyak  terpentin  pula,  demikian  seterusnya  sehingga  peti  itu  penuh. 
  • Bila  peti  itu  sudah  penuh,  kemudian  ditutup  rapat‐rapat  dan  dibiarkan  selama  3  hari  3  malam  agar  semua  hama  mati  karenanya. 
  • Kalau  penyimpanan  itu  berlangsung  agak  lama,  maka  biji  tersebut  perlu  dicampur  dengan  bubuk  arang  yang  dibasahi  dengan  air,  dengan  perbandingan  1  kg  bubuk  arang  :  150  cc  air. 
  • Perbandingan  antara  biji  dan  bubuk  arang  yakni  3:1.  Atau  3  kg  biji  dicampur  1  kg  bubuk  arang  yang  telah  dibasahi  tadi. 

Lamanya  penyimpanan  biji  kopi: 
Penyimpanan  biji  tidak  boleh  terlalu  lama,  sebab  jika  terlalu  lama  daya  tumbuhnya  akan  menurun  atau  akan  habis  sama  sekali. 
Biji‐biji  kopi  yang  baru  akan  tumbuh  90  ‐ 100%,  sedang  yang  disimpan  sekitar  6  bulan  daya  tumbuhnya  60  ‐ 70%.  Sebaiknya  penyimpanannya  jangan  sampai  lebih  dari  3  bulan,  dan  yang  paling  baik  ialah  bila  penyimpanan  itu  dilakukan  sekitar  dua  bulan.  Penyimpanan  dimasukkan  kedalam  ruangan  yang  gelap  dan  sejuk. 
Penaburan  biji  kopi: 
  • Bibit  kopi  dapat  ditanam  setelah  umur  8‐9  bulan.  Maka  penaburan  biji  kopi  dipersemaian  harus  memperhatikan  rencana  penanaman.  Kalau  bibit  kopi  ditanam  sebagai  zaailing,  maka  baiklah  bila  biji  itu  ditaburkan  pada  bulan  Januari  ‐ Februari.  Dengan  demikian  kelak  musim  tanam  tiba  bibit  sudah  berumur  10‐11  bulan. 
  • Kalau  bibit  akan  ditanam  sebagai  sambungan,  baiklah  kalau  biji  itu  ditaburkan  pada  bulan  Agustus.  Selanjutnya  bibit  dapat  disambung  pada  umur  satu  tahun.  Dan  pada  waktu  itu  masih  banyak  biji  yang  segar.  Bila  kelak  bibit  akan  ditanam  pada  bulan  November/Desember  bibit  sambungan  tersebut  sudah  berumur  4  bulan. 
  • Banyaknya  biji  yang  akan  ditaburkan  tentu  saja  harus  disesuaikan  dengan  luas  rencana  penanaman.  Biji  yang  ditaburkan  perlu  diperhitungkan  2  kali  lipat  dari  bibit  yang  akan  ditanam,  hal  ini  bila  ditanam  sebagai  zaailing.  Tetapi  bila  bibit  itu  akan  disambung,  maka  jumlah  biji  yang  akan  ditaburkan  adalah  dua  setengah  kali  dari  rencana  penanaman.  Hal  ini  mengingat  bahwa  daya  tumbuh  sambungan  belum  tentu  bisa  mencapai  100%. 
Persemaian  biji  kopi  : 
Persyaratan  tempat  persemaian  biji  kopi,  sebagai  berikut: 

  1. Tanah  sedapat  mungkin  dipilih  yang  agak  datar,  subur,  dan  banyak  mengandung  bunga  tanah.
  2.  Dekat  perumahan  dan  sumber  air,  agar  memudahkan  pengamatan  dan  pemeliharaan  pada  musim  kemarau,  terutama  dalam  melakukan  penyiraman. 
  3. Ada  pohon  pelindung,  agar  dapat  menahan  terik  matahari  dan  percikan  air  hujan  yang  lebat,  sehingga  tidak  merusakkan  bibit. 
  4. Terhindar  dari  bibit  penyakit  dan  hama,  tempat‐tempat  yang  akan  dipergunakan  sebagai  persemaian  sebaiknya  diselidiki  terlebih  dahulu  terhadap  kemungkinan  adanya  infeksi  penyait  dan  hama.  Sehingga  apabila  ada  bibit  penyakit  atau  hama  harus  diadakan  pencegahan  dan  pemberantasan. 
  5. Semprotkan  larutan  MiG‐6PLUS  (  10ml  MiG‐6PLUS  :  1  liter  air)  tipis  pada  permukaan  lahan  persemaian.  Untuk  lahan  persemaian  dengan  luas  10m2. 

Tingkat  penyemaian  biji  kopi  ada  dua  tingkat,  yaitu:  tingkat  perkecambahan,  dan  dederan  bibit  (pemindahan  dari  perkecambahan).  
a. Tingkat  perkecambahan  biji  kopi 
Sebelum  ditanam  di  persemaian,  semua  biji  dikecambahkan  lebih  dahulu.  Pada  tempat  perkecambahan  dibentuk  bedengan‐bendengan  dengan  ukuran  lebar  1,2  m  dan  panjang  2,4  m.  Selanjutnya  pada  bedengan  itu  dilapisi  pasir  setebal  5  ‐ 10  cm,  dan  di  atas  bedengan  diberi  atap. 
Semua  biji  dibenamkan  pada  lapisan  pasir  menghadap  ke  bawah,  artinya  bagian  punggung  di  atas,  dan  bagian  perut  menghadap  ke  bawah.  Pembenaman  dilakukan  sedemikian  rupa  sehingga  bagian  teratas  kelihatan  rata  dengan  lapisan  pasir.  Biji  dibenamkan  secara  berderet  dalam  satu  baris,  jarak  antara  baris  larikan  yang  satu  dengan  lainnya  5  cm.  Sedangkan  jarak  antara  biji  dengan  biji  2,5  cm.      Setiap  1  m  bisa  memuat  2.000  ‐ 3.000  biji  kopi,  hal  ini  sangat  tergantung  pada  besar  kecilnya  biji  dan  jenisnya.  Biji  yang  ditaburkan  bisa  dengan  kulit  biji  tanduk  atau  tanpa  kulit  tanduk.  Tetapi  lebih  baik  biji  kopi  tersebut  dilepas  kulit  tanduknya,  sehingga  mereka  akan  lebih  cepat  tumbuh  dan  tidak  menjadi  sarang  penyakit. 
Setelah  selesai  pembenaman,  biji‐biji  kopi  tersebut  diberi  pasir  lagi,  tipis‐tipis  saja.  Tempat  perkecambahan  ini  harus  dijaga  supaya  tetap  lembab.  Untuk  menjaga  kelembaban  biji‐biji  tersebut,  di  atas  bedengan  yang  tertutup  pasir  tadi  diusahakan  ditutup  dengan  lalang  atau  jerami  yang  dipotong‐potong  antara  0,5  ‐ 1  cm,  kemudian  diadakan  penyiraman  dua  atau  tiga  kali  sehari.  Setelah  berumur  4  ‐ 8  minggu,  biji  kopi  tersebut  akan  berkecambah,  kemudian  dapat  dipindahkan  ke  persemaian  atau  tempat  dederan. 
Proses  perkecambahan  ini  sangat  dipengaruhi  oleh  keadaan  iklim.  Di  dataran  rendah  yang  beriklim  panas  dengan  suhu  820,  perkecambahan  itu  makan  waktu  3  ‐ 4  minggu.  Sedangkan  di  dataran  tinggi  yang  beriklim  dingin  perkecambahan  makan  waktu  6  ‐ 8  minggu. 
Selama  proses  perkecambahan,  cotyledon‐cotyledon  dan  embrio  kecil  pada  biji  kopi  membengkak  dengan  menghisap  endosperma,  kemudian  akar  kecil  (radicula)  dan  hypocotyl  tumbuh.  Akhirnya  hypocotyl  muncul  dari  tanah  dengan  bentuk  membungkuk  dan  berdiri  tegak  dengan  mengangkat  cotyledon‐cotyledon  yang  masih  tertutup  oleh  endosperma  dan  kulir  ari  serta  endosperma.  Pertumbuhan  pada  tingkat  demikian  sering  disebut  "soldatje"  atau  serdadu.  
Dalam  pertumbuhan  soldatje  itu  untuk  sementara  berhenti  tumbuh  lebih  kurang  1  bulan.  Kemudian  mulai  tumbuh  lagi,  yakni  cotyledon  membesar  sehingga  endosperma  dan  kulit  ari  sobek  kemudian  endoscarp  lepas.  Selanjutnya  cotyledon  terangkat  seolah‐olah  masih  melekat,  kemudian  terpisah,  tumbuh  sepasang  keping  daun  yang  disebut  "kepel".  Semai  dalam  tingkat  ini  sudah  berumur  2  ‐ 3  bulan,  selanjutnya  dapat  dipindahkan  ke  persemaiaan. 
b. Dederan  bibit  kopi 
Kecambah  kopi  yang  dipindahkan  dapat  berupa  serdadu  (soldatje)  atau  kepel  (kecambah  yang  kepingnya  sudah  membuka).  Kecambah  kopi  yang  dipindahkan  kepersemaian  harus  dilakukan  dengan  sangat  hati‐hati,  supaya  akar  tidak  rusak.  Pemindahan  ini  tidak  boleh  dicabut,  melainkan  harus  disongkel  dengan  sebilah  bambu  atau  solet.  Sebelum  bibit  dipindahkan  kepersemaian  harus  diseleksi  bentuk  perakarannya  terlebih  dahulu,  karena  akar  yang  pertumbuhannya  bengkok  kurang  baik,  tanaman  menjadi  kerdil. 
Tanah  persemaian  dicangkul  sedalam  30  cm  atau  lebih,  karena  bibit  akan  berada  dipersemaian  agak  lama,  sekurang‐kurangnya  9  bulan.  Agar  tanah  itu  strukturnya  baik,  setelah  pencangkulan  itu  sudah  bersih  dari  batu‐batuan  dan  sisa‐sisa  kayu,  kemudian  barulah  diberi  pupuk  organik.  Pupuk  tersebut  dapat  berupa  pupuk  kompos,  pupuk  kandang,  ataupun  pupuk  hijau  dan  lain  sebagainya.  Selanjutnya  pada  tanah  persemaian  dibuat  bedengan‐bedengan  dengan  ukuran  lebar  1,20  m  dan  panjang  10  m,  dan  bedengan  tersebut  dibuat  membujur  ke  arah  utara  ‐ selatan. 
Bilamana  bedengan  telah  siap,  semai  dalam  bentuk  kepelan/serdadu  dapat  dipindahkan.  Kalau  semua  ini  akan  ditanam  sebagai  zaailing  yang  lebih  muda,  jarak  tanamnya  bisa  dibuat  15  x  30  cm.  Tetapi  kalau  bibit  tersebut  akan  disambung,  jarak  harus  diperpanjang,  antara  20  x  40  cm.  Artinya  jarak  tanam  20  cm  dan  jarak  antar  baris  40  cm. 
Penanaman   harus  dilakukan  dengan  hati‐hati  sekali,  dengan  maksud  supaya  akar  dan  batang  kepelan  tidak  rusak.  Untuk  keperluan  tersebut  tempat‐tempat  yang  akan  ditanami  harus  dibuat  lubang  terlebih  dahulu  dengan  suatu  alat  tertentu,  misalnya  bilah  bambu  atau  tusuk.  Kemudian  barulah  bagian  akar  dan  batang  ditempelkan  pada  salah  satu  sisi  lubang  dengan  tangan  kiri,  dan  tangan  kanan  melakukan  pemadatan  tanah  dengan  hati‐hati  sekali.  Jarak  antara  daun  kepelan  dengan  tanah  lebih  kurang  3  cm. 
Berikan  lahan  dederan  dengan  larutan  MiG‐6PLUS  (10  ml  MiG‐6PLUS    :  1  liter  air),  semprotkan  tipis  dan  merata  pada  permukaan  lahan  pendederan.  Larutan  tersebut  cukup  untuk  10m2,  ulangi  2  minggu  sekali.  
Sedangkan  untuk  bibit  kelapa  sawit  pemberian  pupuk  hayati  MiG‐6PLUS  selama  pembibitan  dalam  polybag  adalah  :  larutkan  10  ml  MiG‐6PLUS    :  1  liter  air,  Kemudian  berikan  pada  ±  20  polybag  ulangi  setiap  2  minggu  sekali. 
 
Bibit  Tanaman  Kopi  Asal  Kultur  Jaringan 
Bahan  yang  digunakan  adalah  potongan  daun  kopi  muda  yang  masih  berwarna  hijau  kemerahan  atau  hijau  segar.  Daun  tersebut  dipotong  kecil‐kecil  berukuran  kurang  lebih  5  mm  berbentuk  segi  empat  atau  kotak.  Potongan  daun  tadi  ditanam  di  dalam  cawan  kecil  yang  berisi  campuran  bahan‐bahan  khusus  yang  telah  dibuat  dan  diperhitungkan  untuk  memenuhi  kebutuhan  makanan  bagi  potongan  daun  kopi  tersebut. 
Campuran  bahan‐bahan  ini  dinamakan  “media.”  Untuk  membuat  potongan  daun  mampu  tumbuh  dan  berkembang,  tentunya  perlu  beberapa  perlakuan  khusus  agar  dapat  berhasil  membentuk  bibit  yang  sempurna.  Perlakuan  ini  dilakukan  di  laboratorium,  rumah  kaca,  dan  tempat  persemaian  di  kebun.  Perlakuan  yang  diberikan  di  laboratorium  meliputi  jenis  media, macam  dan  kadar  zat  pengatur  tumbuh,  kondisi  penanaman  yang  paling  sesuai,  dan  sebagainya.  
Sebelum  menjadi  tanaman,  potongan  daun  tersebut  akan  membentuk  gumpalan‐gumpalan  yang  berwarna  putih‐kekuningan  dan  krem,  berbentuk  bulat  atau  lonjong  yang  disebut  sebagai  "kalus".  Selanjutnya  kalus  ini  akan  tumbuh  dan  berkembang  menjadi  calon  atau  bakal  bibit  yang  disebut  "embrio".  Dalam  beberapa  percobaan,  ada  juga  dari  potongan  daun  langsung  membentuk  embrio.  Embrio  inilah  yang  akan  tumbuh  dan  berkembang  menjadi  bibit  yang  ukurannya  kecilkecil.  Selanjutnya,  bibit  dipindah  ke  dalam  botol  yang  sesuai  dengan  ukuran  bibit  agar  tumbuh  dan  berkembang  lebih  jauh  menjadi  tanaman  yang  lebihbesar.  Pada  tahap  ini  bibit  diberi  beberapa  perlakuan  seiring  dengan  pertambahan  umur.  Di  rumah  kaca,  perlakuan  yang  diberikan  meliputi  umur  dan  kondisi  bibit,  macam  bahan  untuk  tempat  pertumbuhan  bibit,  cahaya,  kelembapan,  suhu,  dan  sebagainya.  Adapun  perlakuan  yang  diberikan  di  tempat  persemaian,  yang  paling  penting  adalah  tingkat  cahaya  dan  penaungan  untuk  mengatur  kelembapan.  Apabila  perlakuan  terakhir  ini  sudah  berhasil,  maka  bibit  kopi  siap  ditanam  secara  luas  di  kebun.  Berdasarkan  hasil  penelitian,  bibit  kopi  asal  kultur  jaringan  dapat  tumbuh  dan  berkembang  normal  seperti  tanaman  kopi  dari  benih  ataupun  cangkok.  Bahkan  pertumbuhan  dan  perkembangannya  lebih  pesat  dan  waktu  berbuahnya  lebih  cepat  dibanding  tanaman  dari  benih  maupun  cangko. 
Dibanding  tanaman  kopi  asal  benih  maupun  cangkok,  tanaman  kopi  asal  kultur  jaringan  mempunyai  beberapa  keunggulan,  yaitu:  proses  pembuatannya  lebih  praktis,  karena  hanya  dilakukan  dalam  ruangan  yang  relatif  kecil;  bibit  yang  dihasilkan  lebih  seragam,  baik  umur,  tinggi  maupun  kondisi  fisik  lainnya;  proses  pembuatannya  berlangsung  cepat,  karena  tidak  menunggu  tanaman  induk  sampai  besar/dewasa;  dapat  dihasilkan  dalam  jumlah  besar  sesuai  pesanan  dalam  waktu  relatif  singkat  (Imron  Riyadi). 


Persiapan  Lahan  Budidaya  Tanaman  Kopi 
Pembukaan  Lahan 
a.  Areal  Hutan  Sekunder  Bekas  Ladang  Berpindah 
  • Dipilih  areal  hutan  sekunder  dengan  kepemilikan  jelas. 
  • Pembongkaran  pohon‐pohon,  tunggul  beserta  perakarannya. 
  • Pembongkaran  tanaman  perdu  dan  pembersihan  gulma.
  • Pembersihan  lahan,  kayu‐kayu  ditumpuk  di  satu  tempat  di  pinggir  kebun.
  • Pencetakan  kebun  secara  hektaran. 
  • Pembuatan  jalan‐jalan,  jembatan  beserta  saluran  drainase. 
  • Pembuatan  teras‐teras  pada  lahan  yang  memiliki  kemiringan  lebih  dari  15%. 
  • Mengajir  dan  menanam  tanaman  penaung  sementara  dan  penaung  tetap. 
  • Ajir  lubang  tanam,  jarak  tanaman  kopi  arabika  kate  (Kartika  1  &  Kartika  2)  1,25  m  X  2  m  atau  1,5  m  X  2  m.  Jarak  tanam  kopi  jagur  (AB  3,  USDA  762  dan  S  795)  adalah  2  m  X  2,5  m  atau  m  X  2,5  m. 
  • Pembuatan  lobang  tanam.  Ukuran  lobang  tergantung  tekstur  tanah.  Makin  berat  tanah  ukuran  lubang  makin  besar.  Ukuran  lubang  yang  lazim  adalah  60  X  60  X  60  cm.  Lubang  dibuat  6  bulan  sebelum  tanam.  
  • Untuk  tanaman  yang  kurang  subur  dan  kadar  bahan  organiknya  rendah,  ditambahkan  pupuk  hijau  dan  pupuk  kandang.  Tutup  lubang  tanam,  1  ‐ 3  bulan  sebelum  ditanam  kopi  dan  dijaga  agar  batu‐batu,  cadas  dan  sisa‐sisa  akar  tidak  masuk  kedalam  lubang  tanam.  
  • Selama  persiapan  lahan,  pada  areal  yang  kosong  dapat  ditanami  beberapa  jenis  tanaman  semusim,  misalnya  kedelai,  ubi  jalar,  jagung,  kacang‐kacangan.  Jenisnya  dapat  disesuaikan  dengan  kebutuhan  petani,  peluang  pasar  dan  iklim  mikro  yang  ada.  
  • Sebelum  tanam,  semprotkan  larutan  pupuk   hayati  MiG‐6PLUS  pada  titik‐titik  penanaman.  Tahap  ini  diperlukan  3  liter  MiG‐6PLUS  perhektar.  
  • Tanaman  yang  belum  menghasilkan  pemberian  pupuk   hayati  MiG‐6PLUS  dengan  cara  membuat  lubang   disekitar  pangkal  batang  (jarak  20‐30  cm),  berikan  4  bulan  sekali.  Sekali  aplikasi  dibutuhkan  3  liter  pupuk  hayati  MiG‐6PLUS  perhektar.  
  • Tanaman  yang  sudah  menghasilkan  pemberian  pupuk   hayati  MiG‐6PLUS  dengan  cara  membuat  lubang   disekitar  pangkal  batang  (jarak  30  ‐ 50  cm),  berikan  3  bulan  sekali.  Sekali  aplikasi  dibutuhkan  3  liter  pupuk  hayati  MiG‐6PLUS  perhektar. 

b.  Areal  Kebun  Aneka  Tanaman 
  • Pemberian  tanda  tanaman‐tanaman  yang  dipilih  sebagai  penaung  kopi.  Dipilih  jenis  yang  bernilai  ekonomis,  tajuknya  mudah  diatur  (tahan  pangkas)  dan  lebih  baik  meneruskan  cahaya  diffuse.  Jarak  antar  tanaman  ±  10  m  X  10  m  tergantung  pada  besarnya  ukuran  tajuk  (habitus)  tanaman. 
  • Memotong  perdu  dan  semua  tanaman  yang  tidak  dipilih. 
  • Kayu  diusahakan  untuk  di  tumpuk  di  pinggir  kebun. 
  • Membersihkan  gulma  secara  manual  atau  kimiawi. 
  • Ajir  lubang  tanam  kopi,  pembuatan  lubang,  isi  lubang  dan  tutup  lubang  sama  seperti  diuraikan  diatas. 

c.  Areal  Semak  Belukar  
  • Pada  prinsipnya  sama  dengan  persiapan  lahan  dari  hutan  sekunder. 
  • Sisa‐sisa  semak  dapat  ditumpuk  dalam  barisan‐barisan  di  dalam  kebun  (model  lorong  =  alley  system).  Lebar  lorong  yang  bersih  dari  tumpukan  semak  1  m  dan  jarak  antar  lorong  4‐5  m.  
  • Ajir  penaung  di  dalam  lorong,  jarak  antar  ajir  2‐2,5  m. 
  • Tanam  pohon  penaung. 
  • Ajir  lubang  tanam  kopi  di  dalam  lorong,  jarak  1,25  m  untuk  kopi  kate,  dan  2  m  untuk  kopi  jagur. 
  • Pembuatan  lubang  tanam  ukuran  60  cm  x  60  cm  x  60  cm.  Lubang  dibuat  6  (enam)  bulan  sebelum  tanam. 
  • Lubang  diisi  pupuk  hijau  dari  hasil  tebasan  gulma. 
  • Tutup  lubang  tanam,  1‐3  bulan  sebelum  tanam  bibit  kopi.  
  • Selama  persiapan  lahan  tersebut  di  dalam  lorong  dapat  diusahakan  beberapa  jenis  tanaman  semusim,  jenisnya  disesuaikan  dengan  kebutuhan  petani,  peluang  pasar  dan  iklim  mikro  yang  ada. 

d.  Pengendalian  Alang‐alang  (Imperata  cylindrica)   Menurut  Balit  Karet  Sembawa  (1996),  pengendalian  alang‐alang  dapat  dilakukan  secara  perebahan,  mekanisme,  kultur  teknis,  kimiawi  dan  terpadu.  
1) Perebahan  :
  •  Daun  dan  batang  alang‐alang  yang  telah  direbahkan  akan  kering  dan  mati  tanpa  merangsang  pertumbuhan  tunas  dan  rimpang  serta  dapat  berfungsi  sebagai  mlsa. 
  • Perebahan  dapat  menggunakan  papan,  potongan  kayu  atau  drum.  
  • Setelah  alang‐alang  terkendali,  lahan  siap  untuk  usaha  tani  kopi  dengan  tahap‐tahap  seperti  yang  telah  diuraikan  di  atas.  
2) Cara  Mekanis
  • Dilakukan  dengan  pengolahan  tanah.
  • Penebasan  dapat  mengurangi  persaingan  alang‐alang  dengan  tanaman  pokok  tetapi  hanya  bersifat  sementara  dan  harus  sering  diulangi  minimum  sebulan  sekali.
  • Setelah  alang‐alang  terkendali,  lahan  siap  untuk  usaha  tani  kopi  dengan  tahapan  seperti  yang  telah  diuraikan  di  atas. 
3) Cara  Kultur  Teknis
  • Penggunaan  tanaman  penutup  tanah  leguminosa  (PTL).  Jenis‐jenis  PTL  yang  sesuai  meliputi  Centrosema  pubescens,  Pueraria  javanica,  P.  triloba,  C.  mucunoides,  Mucuna  spp.  dan  Stylosanthes  guyanensis. 
  • Semprot  alang‐alang  dengan  herbisida  dengan  model  lorong,  lebar  lorong  2  m,  jarak  antar  lorong  4  m. 
  • Apabila  alang‐alang  sudah  kering,  buat  dua  jalur  tanam  sedalam  5  cm,  jarak  antar  alur  70  cm. 
  • Gunakan  PTL  sesuai  rekomendasj  untuk  daerah  setempat,  kebutuhan  benih  2  kg/ha. 
  • Benih  dicampur  pupuk  SP‐36  sebanyak  24  kg/ha  kemudian  ditaburkan  di  dalam  alur. 
  • Tutup  alur  dengan  tanah  setebal  1  cm. 
  • Alang‐alang  akan  mati  setelah  tertutup  oleh  tajuk  PTL. 
  • Metode  ini  lebih  tepat  untuk  areal  yang  sudah  ada  tanaman  pokoknya.  

e.   Pengendalian  Secara  Terpadu  (Pengolahan  Tanah  Minimum  dan  Penggunaan  Herbisida)  
  • Semprot  alang‐alang  yang  sedang  tumbuh  aktif  dengan  herbisida  sistemik. 
  • Rebahkan  alang‐alang  yang  sudah  mati  dan  kering. 
  • Tanam  tanaman  semusim  dengan  cara  tugal  sebagai  pre‐cropping. 
  • Bersamaan  dengan  itu  lahan  siap  ditanami  tanaman  penaung  dan  tanaman  kopi dengan  tahap‐tahap  seperti  telah  diuraikan. 

Penanaman  Penaung  Tanaman  Kopi 
Ditanami  minimal  satu  tahun  sebelum  penanaman  tanaman  kopi.  Syarat‐syarat  Pohon  Penaung  Memiliki  perakaran  yang  dalam, Memiliki  percabangan  yang  mudah  diatur, Ukuran  daun  relatif  kecil  tidak  mudah  rontok  dan  memberikan  cahaya  diffuse, Termasuk  leguminosa dan  berumur  panjang  dan  berumur  panjang, Menghasilkan  banyak  bahan  organic,  Tidak  menjadi  inang  hama‐penyakit  kopi.  

a.  Penaung  Sementara  Tanaman  Kopi 
  • Jenis  tanaman  penaung  sementara  yang  banyak  dipakai  adalah  Moghania  macrophylla  (Flemingia  congesta),  Crotalaria  spp,  Tephrosia  spp. 
  • Moghania  cocok  untuk  tinggi  tempat  700  m  dpl  ke  bawah. 
  • Untuk  daerah  1.000  m  dpl  ke  atas  sebaiknya  dipakai  Tephrosia  atau  Crotalaria. 
  • Untuk  komplek‐komplek  nematoda  dipakai  Crotalaria. 
  • Naungan  sementara  ditanam  dalam  barisan  dengan  selang  jarak  2‐4  m  atau  mengikuti  kontur.  

b.  Penaung  Tetap  Tanaman  Kopi 
  • Pohon  penaung  tetap  yang  banyak  dipakai  di  Indonesia  adalah  lamtoro  (Leucaena  spp),  sengon  (Albizia  sp),  dadap  (Erythrina  sp),  Gliricidia  dan  cemara  (Casuarina). 
  • Lamtoro  tidak  berbiji  dapat  diperbanyak  dengan  cangkokan  atau  okulasi,  ditanam  dengan  jarak  2  m  x  2,5  m,  setelah  besar  secara  berangsur‐angsur  dijarangkan  menjadi  4  m  x  5  m. 
  • Sengon  digunakan  pada  daerah  kering  dan  tinggi  (1.000‐1.500  m  dpl),  seperti  banyak  dijumpai  di  Timor‐Timur.  Ditanam  dengan  jarak  2  m  x  2,5  m  kemudian  setelah  besar  secara  berangsur‐angsur  dijarangkan  menjadi  10  m  x  10  m. 
  • Cemara  banyak  digunakan  di  Irian  Jaya  dan  Timor‐Timur  untuk  daerah  tinggi  di  atas  1.500  m  dpl.  

Tumpangsari  (Intercropping)  
  • Digunakan  untuk  meningkatkan  produktivitas  lahan,  mengurangi  resiko  usaha  tani,  serta  menjamin  kelangsungan  pendapatan. 
  • Dilakukan  dengan  pengusahaan  tanaman  semusim,  (khususnya  untuk  lahan‐lahan  datar/landai),  dan  penggunaan  tanaman  penaung  produktif.  
  • Jenisnya  disesuaikan  dengan  kebutuhan  petani,  peluang  pasar,  nilai  ekonomi  dan  iklim  mikro  yang  ada. 

   a. Tumpangsari  Tanaman  Semusim  Dengan  Kopi  
  • Diusahakan  selama  masa  persiapan  lahan  dan  selama  tanaman  kopi  belum  menghasilkan  (tajuk  kopi  belum  saling  menutup)  atau  selama  iklim  mikro  masih  memungkinkan.  
  • Untuk  pengusahaan  yang  bersifat  lebih  permanen  pada  lahan  datar  dapat  dilakukan  dengan  sistem  budidaya  lorong  (alley  cropping).  
  • Pada  tiap  3‐5  barisan  kopi  disediakan  lorong  dengan  Iebar  8  m  untuk  tanaman  tumpangsari.   Tanaman  semusim  yang  banyak  diusahakan  antara  lain  adalah  jenis  hortikultura  (kubis,  kentang,  wortel,  tomat,  dan  cabe),  Palawija  (jagung),  kacang‐kacangan  dan  umbi‐umbian. 
  •  Tanaman  jagung  yang  mempunyai  pertumbuhan  tinggi  dapat  juga  berfungsi  sebagai  penaung  sementara  yang  efektif.  
  • Limbah  tanaman  semusim  dimanfaatkan  untuk  pupuk  hijau  atau  mulsa  tanaman  kopi.    

b. Pohon  Penaung  Produktif  
• Dipilih  yang  memiliki  kanopi  tidak  terlalu  rimbun,  daun  berukuran  kecil  atau  sempit  memanjang  agar  dapat  memberikan  cahaya  diffus  dengan  baik.  
  • Bukan  inang  hama  penyakit  utama  kopi. 
  • Tidak  menimbulkan  pengaruh  allelopati.  
  • Pohon  penaung  produktif  ditanam  dengan  jarak  ±  10  m  x  10  m  tergantung  ukuran  besarnya  tajuk  tanaman.  
  • Pohon  produktif  yang  banyak  dipakai  untuk  kopi  antara  lain  Macadamia  dan  jeruk  keprok.  Untuk  kopi  robusta  antara  lain  petai,  jengkol  dan  kelapa.  
  • Jeruk  keprok  ditanam  dengan  jarak  6  m  x  8  m  atau  8  m  x  8  m.  Macadamia,  petai  dan  jengkol  ditanam  dengan  jarak  5  m  x  5  m,  kemudian  secara  berangsur‐angsur  dijarangkan  menjadi  10  m  x  10  m. 

  Pengendalian  Hama  Penyakit  Tanaman  Kopi 
Hama 
  • Nematoda  Parasit 
Pratylenchus  coffeae  dan  Radopholus  similis  merupakan  nematoda  endoparasit  yang  berpindah‐pindah.  Daur  hidup  P.coffeae  sekitar  45  hari  dan  R.similis  sekitar  1  bulan. 
Gejala:  Tanaman  kopi  yang  terserang  kelihatan  kerdil,  daun  menguning  dan  gugur.  Pertumbuhan  cabang‐cabang  primer  terhambat  sehingga  hanya  menghasilkan  sedikit  bunga,  bunga  premature  dan  banyak  yang  kosong.  Bagian  akar  akar  serabut  membusuk,  berwarna  coklat  atau  hitam.  Pada  serangan  berat  tanaman  akhirnya  mati. 
Pengendalian  di  pembibitan:  Disarankan  menggunakan  cara  kimiawi  yaitu  dengan  fumigasi  media  bibit  menggunakan  fumigan  pra  tanam,  misalnya  Basamid  G  dan  Vapam  L.  Untuk  nematisida  sistemik  dan  kontak  a.l.:  Curaterr  3G,  Vydate  100  AS,  Rhocap  10G  dan  Rugby  10G.Vydate  diaplikasikan  dengan  cara  disiramkan  pada  bibit  dengan  konsentrasi  1,0%  dan  dengan  dosis  250  ml/bibit. 
Pengendalian  di  pertanaman:  Penggunaan  jenis  kopi  tahan  nematoda  parasit.  Digunakan  sebagai  batang  bawah  misalnya  kopi  ekselsa  (Coffeae  exelsa),  klon  Bgn  121.09  dan  kopi  robusta  klon  BP  961.  Cara  kultur  teknis:  pembukaan  lubang  tanam,  rotasi  tanaman  dan  pembuatan  parit  barier. 
Pengendalian  hayati:  Untuk  menekan  populasi  nematoda  menggunakan  musuh  alami  berupa  bakteri,  jamur  dan  nematoda  predator. 
Pengendalian  kimiawi:  Beberapa  nematisida  sistemik  maupun  kontak  yang  disarankan  a.l.  karbofuran  (Curaterr  3G–35  g  /  tanaman),  oksamil  (Vydate  100  AS  1,0%  1  –  2.5  l  /  tanaman)  dan  etoprofos  (Rhocap  10G  ‐ 25  g  /  tanaman).  Aplikasi  diulang  tiap  tiga  bulan. 

  • Hama  Penggerek  Buah  Kopi 
Serangga  dewasa  penggerek  buah  kopi  atau  bubuk  buah  kopi  (BBK),  Hypothenemus  hampei  (Coleoptera,  Scolytidae)  berwarna  hitam  kecoklatan,  panjang  yang  betina  sekitar  2  mm  dan  yang  jantan  1,3  mm.  Telur  diletakkan  dalam  buah  kopi  yang  bijinya  mulai  mengeras,  umur  stadium  telur  5  –  9  hari.  Lama  stadium  larva  10  –  26  hari,  prapupa  2  hari  dan  stadium  pupa  4  –  9  hari.  Masa  perkembangan  dari  telur  sampai  dewasa  25  –  35  hari.  Lama  hidup  serangga  betina  rata‐rata  156  hari  dan  serangga  jantan  maksimum  103  hari. 
Gejala:  Serangga  BBK  masuk  ke  dalam  buah  kopi  dengan  cara  membuat  lubang  di  sekitar  diskus.  Serangan  pada  buah  muda  menyebabkan  gugur  buah,  serangan  pada  buah  yang  cukup  tua  menyebabkan  biji  kopi  cacat  berlubang‐lubang  dan  bermutu  rendah. 
Pengendalian:  
Pengendalian  secara  kultur  teknis:  Memutus  daur  hidup  BBK,  meliputi  tindakan  :  Petik  bubuk,  yaitu  mengawali  panen  dengan  memetik  semua  buak  masak  yang  terserang  bubuk  15  –30  hari  menjelang  panen  besar. 
Lelesan,  yaitu  pemungutan  buah  kopi  yang  jatuh  di  tanah  baik  terhadap  buah  terserang  maupun  buah  tidak  terserang,  selanjutnya  buah  juga  direndam  dalam  air  panas.  Racutan  /  rampasan,  yaitu  memetik  seluruh  buah  yang  ada  di  pohon  pada  akhir  panen.  Semua  buah  hasil  petik  bubuk,  lelesan  dan  racutan  direndam  air  panas  5  menit.  Pengaturan  naungan  untuk  menghindari  kondisi  pertanaman  terlalu  gelap  yang  sesuai  bagi  perkembangan  BBK. 
Pengendalian  secara  biologi:  Menggunakan  parasitoid  Cephalonomia  stephanoderis  dan  jamur  patogen  (Beauveria  bassiana).  Aplikasi  B.bassiana  dianjurkan  dengan  dosis  2,5  kg  biakan  padat  per  hektar  selama  tiga  kali  aplikasi  per  musim  panen.  Penggunaan  tanaman  yang  masak  serentak  :    Varietas  USDA  230731  dan  USDA  230762. 

Penyakit  Tanaman  Kopi 
  • Penyakit  Karat  Daun  pada  Tanaman  Kopi 
Penyakit  karat  daun  yang  disebabkan  oleh  patogen  Hemileia  vastatrix  B.  et.  Br.  merupakan  penyakit  utama  pada  tanaman  kopi  arabika.  Tanaman  sakit  ditandai  oleh  adanya  bercak‐bercak  berwarna  kuning  muda  pada  sisi  bawah  daunnya,  kemudian  berubah  menjadi  kuning  tua.  Di  bagian  ini  terbentuk  tepung  berwarna  jingga  cerah  (oranye)  dan  tepung  dan  ini  adalah  uredospora  jamur  H.  vastatrix  Bercak  yang  sudah  tua  berwarna  coklat  tua  sampai  hitam,  dan  kering.  Daun‐daun  yang  terserang  parah  kemudian  gugur  dan  tanaman  menjadi  gundul.  Tanaman  yang  demikian  menjadi  kehabisan  cadangan  pati  dalam  akar‐akar  dan  rantingrantingnya,  akhirnya  tanaman  mati. 
Dalam  pembiakan  dan  penyebarannya,  H  vastatrix  menggunakan  uredospora  yang  mula‐mula  berbentuk  bulat,  kemudian  berubah  menjadi  memanjang  dan  bentuknya  mirip  dengan  juring  buah  jeruk.  Uredospora  yang  telah  masak  berwarna  jingga,  pada  sisi  luarnya  dibagian  yang  cembung  mempunyai  duri‐duri.  Penyebaran  oredospora  dari  pohon  ke  pohon  terjadi  karena  benturan  bantuan  percikan  air  menyebabkan  uredospora  sampai  pada  sisibawah  daun.  Infeksi  jamur  terjadi  lewat  mulut‐mulut  daun  yang  terdapat  pada  sisis  bawah  daun.  Dalam  proses  infeksinya  uredospora  mula‐mula  membentuk  buluh  kecambah,  kemudian  membentuk  apresorium  di  depan  mulut  kulit,  selanjutnya  jamur  mengadakan  penetrasi  kedalam  jaringan  jamur.  Disamping  bantuan  air,  beberapa  agensia  lain  yang  berpotensi  membantu  menyebarkan  uredosspora  adalah  angin,  spesies  trips  tertentu,  burung  dan  manusia. 
Pada  kopi  robusta,  penyakit  ini  tidak  menjadi  masalah,  sedangkan  pada  kopi  arabika  penyakit  ini  menjadi  masalah  utama.  Cara  pengendalian  penyakit  sementara  ini  dilakukan  dengan  dua  cara,  yaitu  menanam  jenis‐jenis   kopi  arabika  yang  tahan  sepertio  S  333,  S  288  dan  S  795,  dan  pengendalian  dengan  Fungisida  Dithane  M‐45  dengan  dosis  2  gr/liter  air. 

  • Penyakit  Bercak  Daun  Cercospora 
Penyebab  penyakit  ini  adalah  jamur  Cercospora  coffeicola  B.et  Cke.  C.coffeicola  mempunyai  konidium  berbentuk  gada,  ukurannya  ada  yang  pendek  dan  ada  juga  yang  panjang.  Konidia  dibentuk  pad  permukaan  bercak,  berbentuk  seperti  tepung  berwarna  abu‐abu. 
Gejala: 
Serangan  dapat  terjadi  pada  daun  maupun  pada  buah.  Pada  daun  yang  sakit  timbul  bercak,  mula‐mula  berwarna  kuning  tapi  bercak  dikelilingi  halo  berwarna  kuning.  Pada  buah  yang  terserang  timbul  bercak  berwarna  coklat,  biasanya  pada  sisi  yang  lebih  banyak  menerima  cahaya  matahari.  Pembusukan  pada  bagian  yang  berbecak  dapat  sampai  ke  biji  sehingga  dapat  menurunkan  kualitas. 
Pengendalian: 
Secara  kultur  teknis,  dengan  memberi  naungan  yang  cukup,  pemupukan  berimbang  dan  pengurangan  kelembaban  kebun  melalui  pemangkasan  dan  pengendalian  gulma.  Secara  kimiawi,  melalui  penyemprotan  dengan  Bavistin  50  WP  0,2%,  Cupravit  OB  21  0,35%,  Dithane  M  45  80  WP  0,2%,  Delsene  MX  200  0,2%  formulasi. 

  • Penyakit  Jamur  Upas 
Penyakit  jamur  upas  disebabkan  oleh  jamur  Corticium  salmonicolor  B.et  Br.  C.salmonicolor  mempunyai  basidium  yang  tersusun  parallel  pada  stadium  kortisium.  Basidium  berbentuk  gada  pada  ujungnya  terbentuk  empat  sterigmata  yang  mendukung  basidiospora. 
Gejala: 
Cabang  atau  ranting  yang  terserang  layu  mendadak.  Serangan  dapat  terjadi  pada  cabang  yang  di  bawah,  tengah  maupun  di  ujung  pohon,  bahkan  dapat  terjadi  pada  batang.  Stadium  sarang  laba‐laba,  berupa  lapisan  hifa  tipis,  berbentuk  seperti  jala  berwarna  putih  perak.  Stadium  bongkol  berupa  gambaran  hifa  berwarna  putih  biasanya  dibentuk  pada  lentisel  atau  pada  celah‐celah.  Stadium  kortisium  berupa  lapisan  kerak  berwarna  merah  jambu,  terdiri  atas  lapisan  himenium,  biasanya  dibentuk  pad  sisi  bawah  cabang  atau  sisi  cabang  yang  agak  ternaung.  Stadium  nekator  berupa  bintil‐bintil  kecil  berwarna  orange  kemerahan  merupakan  sporodokhia  jamur  upas.  Stadium  nekator  terdapat  pad  cabang  yang  tidak  terlindung. 
Pengendalian: 
Batang  atau  cabang  sakit  yang  ukurannya  masih  kecil  (diameter  <  1  cm)  dipotong  10  cm  di  bawah  pangkal  di  bagian  yang  sakit.  Potongan‐potongan  batang  dan  cabang  yang  sakit  dikumpulkan  kemudian  dibakar.  Batang  atau  cabang  sakit  yang  ukurannya  sudah  cukup  besar,  apabila  serangannya  masih  awal,  bagian  yang  sakit  cukup  diolesi  dengan  fungisida  Calixin  RM  atau  Copper  Sandoz  0,4%  formulasi.  Apabila  serangannya  sudah  lanjut,  batang  atau  cabang  yang  sakit  dipotong,  sisa  cabang  atau  batang  yang  dipotong  dan  cabang‐cabang  di  sekitarnya  diolesi  dengan  fungisida  Calixin  RM  atau  Copper  Sandoz. 

Panen  Kopi 
Pemanenan  buah  kopi  dilakukan  secara  manual  dengan  cara  memetik  buah  yang  telah  masak.  Ukuran  kematangan  buah  ditandai  oleh  perubahan  warna  kulit  buah.  Kulit  buah  berwarna  hijau  tua  ketika  masih  muda,  berwarna  kuning  ketika  setengah  masak  dan  berwarna  merah  saat  masak  penuh  dan  menjadi  kehitam‐hitaman  setelah  masak  penuh  terlampaui  (over  ripe). 
Kematangan  buah  kopi  juga  dapat  dilihat  dari  kekerasan  dan  komponen  senyawa  gula  di  dalam  daging  buah.  Buah  kopi  yang  masak  mempunyai  daging  buah  lunak  dan  berlendir  serta  mengandung  senyawa  gula  yang  relatif  tinggi  sehingga  rasaya  manis.  Sebaliknya  daging  buah  muda  sedikit  keras,  tidak  berlendir  dan  rasanya  tidak  manis  karena  senyawa  gula  masih  belum  terbentuk  maksimal.  Sedangkan  kandungan  lendir  pada  buah  yang  terlalu  masak  cenderung  berkurang  karena  sebagian  senyawa  gula  dan  pektin  sudah  teruai  secara  alami  akibat  proses  respirasi. 

Tanaman  kopi  tidak  berbunga  serentak  dalam  setahun,  karena  itu  ada  beberapa  cara  pemetikan: 
  1. Pemetikan  selektif  dilakukan  terhadap  buah  masak.
  2. Pemetikan  setengah  selektif  dilakukan  terhadap  dompolan  buah  masak. 
  3. Secara  lelesan  dilakukan  terhadap  buah  kopi  yang  gugur  karena  terlambat  pemetikan. 
  4. Secara  racutan/rampasan  merupakan  pemetikan  terhadap  semua  buah  kopi  yang  masih  hijau,  biasanya  pada  pemanenan  akhir.