Senin, 14 Maret 2011

KRITERIA PEMIMPIN


Tidak mudah menjadi seorang pemimpin. Anda harus siap melawan arus dan mengambil langkah berani melawan oposisi. Satu hal yang pasti, diperlukan keberanian untuk elakukan hal-hal yang tidak berani dilakukan oleh orang lain.

Tipe keberanian seperti ini datang dari karakter tegas seseorang. Bersikap tegar dan berani menyambar kesempatan yang lewat, merupakan cara untuk mengukir nama Anda di dalam sejarah.

Nah, berikut ini adalah lima karakter yang perlu dimiliki seorang pemimpin, yang dapat membantu Anda naik ke posisi puncak:

1. Hormati orang jika Anda ingin dihormati
Aturan pertama seorang pemimpin berhubungan dengan rasa hormat. Meraih kekuasaan melalui cara yang pantas lebih layak dibandingkan melakukannya dengan cara-cara licik dan serba sikut-menyikut. Dengan demikian, atasan yang telah menjabat lebih lama akan lebih mendukung dan menghargai Anda. Sementara itu, orang-orang yang lebih muda akan sangat senang jika mendapatkan kesempatan belajar dari pengalaman Anda.

Ingat, menunjukkan rasa hormat bukan berarti Anda harus menjadi seorang 'penjilat'. Artinya, Anda harus bersikap tegas dan memperhatikan kebutuhan organisasi. Yang terpenting, jangan pernah membiarkan bawahan menyalahartikan kebaikan Anda sebagai kelemahan.

2. Sebuah keputusan keliru lebih baik daripada keraguan
Upaya merebut kekuasaan sekaligus bisa menciptakan hasil yang terpolarisasi. Dalam beberapa kasus, sebuah keputusan besar dalam hidup membawa pengakuan, bahkan mungkin kemuliaan.

Jika Anda berjuang terlalu lama untuk mengambil sebuah keputusan, orang lain mungkin akan mengambil alih tugas tersebut dari Anda. Sebagai atasan, Anda harus menciptakan cukup rasa segan dari bawahan sehingga tidak akan berani mengkhianati Anda. Menggunakan kekuasaan dan kendali tidak harus berarti otoriter. Tetapi, harus ada kejelasan siapa yang berhak dan bertanggung jawab untuk mengambil sebuah keputusan.

3. Jangan menyerang kecuali terpaksa
Seorang pemimpin yang efektif mampu menyingkirkan berbagai penghambat kemajuan organisasinya. Selama perjalanan karier Anda, barangkali akan ada saja halangan yang muncul di tengah jalan dan menghambat langkah Anda. Sebagai seorang pemimpin, Anda harus bisa menjaga agar kehidupan berorganisasi tetap berjalan lancar. Salah satu caranya yakni memberikan perlakuan sama terhadap setiap orang, mulai dari CEO sampai petugas kebersihan malam.

Bertindaklah selaku seorang pengawas yang menyenangkan. Jika seseorang menghambat kinerja perusahaan, berikan dia semangat dan dukungan. Jika dia masih tetap menjadi hambatan, berikan sedikit tekanan. Jika masih belum berhasil, Anda mungkin harus mempertimbangkan cara lain yang lebih efektif.

4. Ambil kesempatan dan berusaha
Dalam hidup, ada berbagai momen persimpangan ketika seseorang harus memutuskan, apakah ia akan mengambil kesempatan yang lewat atau cukup puas menjadi 'catatan kaki' dalam sejarah orang lain.

Sejarah adalah kompilasi persimpangan antara orang-orang yang membuat pilihan yang benar, dan orang-orang yang membuat pilihan yang salah. Untuk bisa dikenal, Anda harus menjadi orang yang berani mengambil kesempatan dan mencoba.

5. Bekerja lebih keras dari orang lain
Tanpa kerja keras, Anda tidak akan pernah menjadi seorang pemimpin. Jika Anda selalu ingin berbuat lebih banyak, selalu bekerja demi mencapai tujuan, maka waktu yang Anda investasikan akan menciptakan kesempatan bagi Anda.

Ketika Anda berhasil menjadi seorang pemimpin, semua orang akan ingin menjadi seperti Anda. Mereka akan menjadikan Anda sebagai panutan. Ketika momen tersebut datang, jaga kepala agar tetap tegak dan lanjutkan pekerjaan. Sebab, rasa hormat bisa menguap dengan cepat.

Sabtu, 12 Maret 2011

Kahlil Gibran


……
Bicaralah pada aku tentang kebenaran persahabatan?
sahabat adalah kebutuhan jiwa, yang mesti terpenuhi.
Dialah ladang hati, yang kau taburi dengan kasih dan kau panen dengan penuh rasa terima kasih.
Dan dia pulalah naungan dan pendianganmu.
Karena kau menghampirinya saat hati lapar dan mencarinya saat jiwa butuh kedamaian.

Bila dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tidak takut membisikkan kata “tidak” dikalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”.
Dan bilamana ia diam,hatimu tiada henti mencoba merangkum bahasa hatinya.
Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita, karena yang paling kau kasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam ketiadaannya.
bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki, nampak lebih agung daripada tanah ngarai dataran.

Dan tiada maksud lain dari persahabatan kecuali saling memperkaya ruh kejiwaan.
Karena kasih yang menyisakan pamrih, diluar jangkauan misterinya, bukanlah kasih, tetapi sebuah jala yang ditebarkan, hanya menangkap yang tiada diharapkan.

Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabatmu.
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim pasangmu.

Gerangan apa sahabat itu hingga kau senantiasa mencarinya,untuk sekedar bersama dalam membunuh waktu?

Carilah ia untuk bersama menghidupkan sang waktu.
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan mengisi kekosonganmu.
Dan dalam manisnya persahabatan, biarlah ada tawa ria berbagi kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar jati diri dan gairah segar kehidupan.

( BY Kahlil Gibran)

SAHABAT SEJATI


SATU ORANG SAHABAT LEBIH BERHARGA DARI SEGUDANG EMAS BERLIAN DAN LEBIH BERHARGA DARI APA YANG ENGKAU GENGGAM

Apa yang kita alami demi teman kadang-kadang melelahkan dan menjengkelkan, tetapi itulah yang membuat persahabatan
mempunyai nilai yang indah.

Persahabatan sering menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati bisa mengatasi cobaan itu bahkan bertumbuh bersama karenanya...

Persahabatan tidak terjalin secara otomatis tetapi membutuhkan proses yang panjang seperti besi menajamkan besi, demikianlah sahabat menajamkan sahabatnya..

Persahabatan diwarnai dengan berbagai pengalaman suka dan duka, dihibur - disakiti, diperhatikan - dikecewakan, didengar - diabaikan, dibantu - ditolak, namun semua ini tidak pernah sengaja dilakukan dengan tujuan kebencian..

Seorang sahabat tidak akan menyembunyikan kesalahan untuk menghindari perselisihan, justru karena kasihnya ia memberanikan diri menegur apa adanya.

Sahabat tidak pernah membungkus pukulan dengan ciuman, tetapi menyatakan apa yang amat menyakitkan dengan tujuan sahabatnya mau berubah.

Proses dari teman menjadi sahabat membutuhkan usaha pemeliharaan dari kesetiaan, tetapi bukan pada saat kita membutuhkan bantuan barulah kita memiliki motivasi mencari perhatian, pertolongan dan pernyataaan kasih dari orang lain, tetapi justru ia berinisiatif memberikan dan mewujudkan apa yang dibutuhkan oleh sahabatnya.
Kerinduannya adalah menjadi bagian dari kehidupan sahabatnya, karena tidak ada persahabatan yang diawali dengan sikap egoistis.

Semua orang pasti membutuhkan sahabat sejati, namun tidak semua orang berhasil mendapatkannya. Banyak pula orang yang telah menikmati indahnya persahabatan, namun ada juga yang begitu hancur karena dikhianati sahabatnya.

Ingatlah kapan terakhir kali anda berada dalam kesulitan. Siapa yang berada di samping anda ???
Siapa yang mengasihi anda saat anda merasa tidak dicintai ??
Siapa yang ingin bersama anda
saat anda tak bisa memberikan apa-apa ??

SAHABAT YANG SALAU ADA BWT KITA

Hargai dan peliharalah selalu persahabatan anda dengan mereka.

Selasa, 08 Maret 2011

laporan budidaya tanaman semusim (sorgum, gandum, wijen, jewawut)

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki sumber daya yang cukup untuk menjamin ketahanan pangan bagi penduduknya. Indikator ketahanan pangan juga menggambarkan kondisi yang cukup baik. Akan tetapi masih banyak penduduk Indonesia yang belum mendapatkan kebutuhan pangan yang mencukupi. Sekitar tiga puluh persen rumah tangga mengatakan bahwa konsumsi mereka masih berada dibawah kebutuhan konsumsi yang semestinya. Indonesia memproduksi sekitar 31 juta ton beras setiap tahunnya dan mengkonsumsi sedikit diatas tingkat produksi tersebut; dimana impor umumnya kurang dari 7% konsumsi. Lebih dari seperempat anak usia dibawah 5 tahun memiliki berat badan dibawah standar, dimana 8 % berada dalam kondisi sangat buruk. Bahkan sebelum krisis, sekitar 42% anak dibawah umur 5 tahun mengalami gejala terhambatnya pertumbuhan (kerdil); suatu indicator jangka panjang yang cukup baik untuk mengukur kekurangan gizi. Gizi yang buruk dapat menghambat pertumbuhan anak secara normal, membahayakan kesehatan ibu dan mengurangi produktivitas angkatan kerja. Ini juga mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit pada penduduk yang berada pada kondisi kesehatan yang buruk dan dalam kemiskinan.
Di Sulawesi selatan kondisi pertanian juga ikut terkena dampak dari kondisi cuaca yang tak menentu. Namun, hingga saat ini kondisi cuaca buruk tersebut tidak sampai menganggu kapasitas produksi. Kapasitas dan produksinya masih bagus. Pengaruhnya kepada kualitas karena matahari kadang kurang. Kalau berhari-hari gabah tidak dikeringkan bisa berubah warna dan menurunkan kualitas kejernihan. Perubahan cuaca dan iklim yang tidak menentu menyebabkan musim hujan berkepanjangan tidak menurunkan produksi salah satu lumbung pangan Sulsel itu. Secara nasional, kegagalan panen akibat cuaca buruk hanya sekira satu persen sehingga tidak berdampak luas terhadap produksi beras. Pasokan pangan nasional meningkat 1,17 persen, sehingga tersedia pasokan 5,6 juta ton beras hingga akhir tahun. Bulog masih memiliki persediaan beras hingga 1,4 juta ton.
Diversifikasi Pangan sebagai alternatif solusi. Laju pertumbuhan produksi beras dalam delapan tahun terakhir sudah lebih rendah dari periode Sebelumnya, sedangkan terobosan teknologi padi akan sangat terbatas. Sistem komoditi beras sudah tidak dapat lagi diandalkan sebagai sumber pertumbuhan. Selain itu komoditi ini juga mempunyai kaitan ke industri hilir yang kecil. Sumber pertumbuhan tanaman pangan hanya mungkin melalui diversifikasi tanaman pangan. Awal tahun 60-an mulai disadari perlunya diversifikasi.
Produksi gandum sebanyak 1.729 ton dari lahan seluas 547 hektare. Produksi sorgum mencapai 1.729 ton yang dikembangkan dari lahan seluas 547 ha dengan tingkat produktivitas sekitar 31,59 kuintal/ha. Produksi wijen di Indonesia terus menurun, sehingga pada waktu ini kedudukan Indonesia dari negara pengekspor berubah menjadi negara pengimpor wijen yang setiap tahun jumlahnya cenderung meningkat. rata-rata produksi wijen di Jawa Timur selama 5 tahun terakhir hanya sebesar 822,5 ton/tahun. Tingkat produktivitas wijen di Indonesia tergolong rendah yaitu sebesar 465 kg/ha dibandingkan dengan Negara produsen utama walaupun potensi produksi dapat mencapai 1.600 kg/ha.
Di lihat dari tingkat kebutuhan masyarakat akan gandum masih rendah sebab masyarakat masih sangat bergantung pada pangan lain utamanya padi. Begitu juga dengan komoditi sorgum dan jewawut masih kurang sebab masih jarang yang mengusahakan produk olahan yang dapat menarik perhatian para konsumen utamanya masyarakat kita. Namun komoditi-komoditi tersebut telah banyak digunakan di luar negeri dengan berbagai produk olahan makanan. Sedangkan untuk bji wijen telah banyak digunakan dalam industri olahan makanan ringan seperti kue-kue.
Daerah produksi tanaman wijen ditanam terutama di India, Cina, Mesir, Turki, Sudan, serta Meksiko dan Venezuela. Di Indonesia, tanaman wijen tidak terlalu luas ditanam, hanya di daerah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sementara untuk Sulawesi Selatan sendiri dengan luas areal 272 ha terbagi ke dalam daerah Bone, Sinjai, Takalar. Sorgum merupakan spesies asli daerah tropis dan subtropis dari semua benua di samping Selatan Pasifik Barat dan Australasia. Sentra produksi untuk komoditi sorgum di Indonesia adalah di daerah Jawa, NTB dan NTT. Daerah sentra produksi jewawut di dunia adalah Cina dan Korea Utara, sedangkan sentra produksi jewawut untuk kawasan Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat khususnya adalah di kabupaten Enrekang dan Kabupaten Polewali dengan berbagai varietas masing-masing. Daerah sentra produksi gandum di dunia meliputi Inggris, Skandinavia, Cina, Eropa, yunani, Siprus, India, mesir Jerman dan spanyol. Sementara di Indonesia sendiri pusat pengembangan gandum adalah di Jawa timur yang meliputi, Kabupaten Lamongan yang merupakan produsen gandum terbesar yakni sekitar 832 ton dengan luas areal pengembangan mencapai 240 hektare dan produktivitas sekitar 34,66 kuintal per hektar. Diikuti Kabupaten Sampang sebanyak 462 ton dengan luas areal pengembangan 100 hektar dan produktivitas 48,13 kuintal per hektar. Selanjutnya Kabupaten Sumenep di urutan ketiga dengan 346 ton dari luas lahan 150 hektare dengan produktivitas sekitar 24 kuintal per hektare. Komoditi gandum sentra produksinya khususnya untuk wilayah Sulawesi Selatan adalah di daerah Malino sebab kondisi iklim yang sesuai dengan pertumbuhan gandum yang menyukai daeranh dingin seperti dari daerah asalnya yang beriklim subtropis.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Praktikum Budidaya Tanaman Semusim ini, dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik tanaman dan membandingkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman sorghum, gandum, wijen dan jewawut pada sistem olah tanah Minimum dan Konvensional (bentuk Guludan).
Adapun kegunaan dari praktikum ini, yaitu sebagai bahan informasi dan pembelajaran terhadap mahasiswa(i) tentang budidaya tanaman sorghum, gandum, wijen, dan jewawut.


II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Tanaman
2.1.1. Sorgum
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Sorghum
Spesies : Sorghum bicolor (L.) Moench
2.1.2. Gandum
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Triticum L.
Spesies : Triticum spp.\


2.1.3. Wijen
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo : Scrophulariales
Famili : Pedaliaceae
Genus : Sesamum
Spesies : Sesamum indicum L.

2.1.4 Jewawut (Setaria italica)
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Moncots
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Upafamili : Panicoideae
Genus : Setaria
Spesies : S. italica


2.2 Deskripsi Tanaman
2.2.1. Gandum
Sejarah dari tanaman gandum dimulai dari masyarakat prasejarah yang sudah mengenal sifat-sifat gandum dan tanaman biji-bijian lainnya sebagai sumber makanan dan sumber pangan bagi mereka. Berdasarkan penggalian arkeolog, diperkirakan gandum berasal dari daerah sekitar Laut Merah dan Laut Mediterania, yaitu daerah sekitar Turki, Siria, Irak, dan Iran. Sejarah Cina menunjukkan bahwa budidaya gandum telah ada sejak 2700 SM. (Hariadi Ihsan, 2000).
Secra morfologi, biji gandum terdiri dari tiga bagian yaitu bagian kulit (bran), bagian endosperma, dan bagian lembaga (germ) . Bagian kulit dari biji gandum sebenarnya tidak mudah dipisahkan karena merupakan satu kesatuan dari biji gandum tetapi bagian kulit ini biasanya dapat dipisahkan melalui proses penggilingan. Pada umumnya, kernel berbentuk ofal dengan panjang 6–8 mm dan diameter 2–3 mm. Seperti jenis serealia lainnya, gandum memiliki tekstur yang keras. (Ilmi Irfan, 2010).
Tanaman gandum termasuk tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping satu sehingga tipe perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman gandum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami sebab letak bunga jantan dan bunga betina tidak terpisah tetap dalam satu tempat. Karena tanaman sorgum menyerbuk sendiri sehingga penyerbukannya juga dilakukan dengan bantuan angin atau biasa disebut dengan Anemogami. (Ilmi Irfan, 2010).
Lingkungan atau syarat tumbuh tanaman gandum antara lain ketinggian tempat penanaman sekitar 400-800 meter dari permukaan laut. Tanaman gandum dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada kisaran suhu 10-25 derajat Celcius, fotoperiodisme yang panjang, bercurah hujan 350-1.250 mm dengan kondisi kering pada masa pemasakan biji, sedang saat pembentukan bunga yang fertil dibutuhkan suhu rendah. Gandum umumnya ditanam pada curah hujan makin menipis selama sekitar sebulan. Selama sebulan, benih itu memperoleh perlakuan khusus dengan siraman air (gembor) sehari semalam penuh, dibiarkan dua hari, dan di hari keempat disiram lagi sehari semalam. Bulan berikutnya mulai perawatan dengan pupuk kimiawi, menyusul pupuk
kandang yang sudah ditaburkan pada bedeng sampai umur dua bulan.
Udara yang kering bersuhu rendah akan membuat biji gandum masak
secara sempurna. Gandum potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah pinggiran yang kering.
Berbagai varietas tanaman gandum antara lain common gandum atau gandum Roti (T. aestivum) merupakan varietas yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Durun (T. durum) salah satu varietas yang juga banyak digunakan saat ini, dan gandum paling banyak dibudidayakan kedua. Einkron (T. monococcum) merupakan gandum varietas liar. Emmer (T. dicoccum) yang dibudidayakan di zaman dulu tetapi tidak lagi digunakan secara luas. Spelt (T. spelta)varietas yang dibudidayakan dalam jumlah terbatas. Varietas ini yang digunakan di Amerika Serikat. Durun, Sangat keras, transparan, berwarna butiran cahaya yang digunakan untuk membuat semolina tepung untuk pasta. Hard Red Spring, kecoklatan, berprotein tinggi, digunakan juga sebbagaibaku roti panggang. Hard Red Winter, kecoklatan, lembut tinggi protein gandum yang digunakan untuk roti, roti keras dan sebagai tambahan dalam tepung lainnya untuk meningkatkan protein dalam tepung kue untuk pie kerak. Soft Red Winter, rendah protein gandum yang digunakan untuk kue, kerak kue, biskuit, dan muffin. Hard Putih , berwarna terang, buram. Digunakan untuk roti dan pembuatan bir. Soft White, lembut, berwarna terang Digunakan untuk kerak pie dan kue kering. (Zufrizal, 2003).
Kandungan gizi dari gandum antara lain mengandung sekitar 12,6 gram protein , 1,5 gram total lemak , 71 gram karbohidrat (adanya perbedaan), 12.2 gram makanan serat , dan 3,2 mg besi (17% dari harian persyaratan); berat yang sama musim semi gandum merah keras mengandung sekitar 15,4 gram protein , 1,9 gram total lemak , 68 gram karbohidrat (adanya perbedaan), 12.2 gram makanan serat , dan 3,6 mg besi (20% dari harian kebutuhan). Sebagian besar fraksi karbohidrat gandum pati . pati gandum adalah produk komersial yang pentin g dari gandum, tetapi kedua dalam nilai ekonomi bagi gluten gandum . Bagian-bagian utama dari tepung gandum gluten dan pati. Ini dapat dipisahkan dalam jenis percobaan rumah, pencampuran dengan tepung dan air untuk membentuk bola kecil adonan, dan meremas lembut sambil membilasnya dalam semangkuk air. pati jatuh keluar dari adonan dan tenggelam ke dasar mangkuk, meninggalkan bola gluten. (Zufrizal, 2003).
2.2.2. Wijen
Tanaman wijen (Sesamum indicum L.) diperkirakan berasal dari benua Afrika,kemungkinan Ethiopia. Tanaman wijen telah lama tumbuh dan berkembang di daerah savana,bijinya digunakan sebagai bahan pangan yang mengandung protein tinggi. Jenis-jenis liar banyak ditemukan di sana. Ochse et at. (1961), mengatakan bahwa tanaman wijen berasal dari Afrika dan banyak dibudidayakan di Asia, terutama India, Cina, dan negara lainnya. Di beberapa negara wijen mempunyai nama berbeda. Di Inggris diberi nama Sesame, Bene, Benne; di Spanyol Ajonjoli, Sesamo, Alegria; di Belanda Sesam; di Prancis Sesame; dan di Jerman Sesam. Heyne (1987) menambahkan bahwa beberapa daerah menyebut Jugeoline, Gingelly, Teelseed. Pada setiap daerah di Indonesia, wijen mempunyai nama yang berbeda - beda antara lain: Lenga di daerah-daerah Gayo, Batak Karo, Bali, Gorontalo, Bugis, Roti, dan Wije di daerah-daerah Halmahera, Ternate, Tidore, (Heyne, 1987).
Secara morfologi biji wijen berukuran kecil, oval, dan salah satu ujungnya runcing. Berat 1.000 biji bervariasi yaitu antara 2-4 gram. Kulit biji umumnya halus dan ada beberapa varietas berkulit kasar. Ada korelasi antara kekasaran kulit biji dengan kandungan minyak, makin kasar kandungan minyak makin rendah. Kulit biji semakin tipis, mutu wijen dinilai semakin baik. Warna kulit biji bervariasi tergantung varietasnya yaitu putih, kuning, cokelat, abu-abu, dan hitam. Warna kulit biji juga berpengaruh terhadap kandungan air, minyak, albumin, karbohidrat, serat kasar, dan abu pada bijinya. Koleksi plasma nutfah wijen di Balittas berat 1.000 bijinya berkisar antara 2-3,5 g, umumnya berkulit halus dan warna kulit adalah putih, cokelat,dan hitam. (Weiss, 1971).
Akar dari Tanaman wijen adalah berakar tunggang, pada akar lateralnya tumbuh akar rambut cukup banyak. Sistem perakaran tanaman wijen berbeda antara varietas yang satu dengan lainnya. Pada varietas yang tidak bercabang, perakaran cenderung berkembang ke arah dalam; sedangkan untuk jenis yang bercabang, perakarannya cenderung menyebar. Selain itu kegenjahan tanaman juga mempengaruhi sistem perakaran. Tanaman yang berumur genjah perakarannya lebih dangkal daripada tanaman yang berumur dalam. (Weiss, 1971).
Batang wijen sedikit berkayu, tumbuh tegak, berlekuk empat, beralur, berbuku-buku, berbulu halus, dan umumnya bercabang. Berdasarkan tempat kedudukan cabang, wijen dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu: cabang terbentuk mulai dari bawah dan yang lain terbentuk setelah tanaman agak tinggi. Warna batang dan cabang dari kuning sampai ungu. (Weiss, 1971).
Daun tanaman wijen susunannya umumnya berselang-seling, dengan bentuk dan ukuran antara daun bawah, tengah, dan atas berbeda, panjang antara 3-17,5 cm, lebar 1-7 cm, panjang tangkai daun 1-5 cm. Daun bawah berhadapan, bcrtangkai panjang, berbentuk agak lebar, bagian tengah lebar atau seringkali berlekuk, sedangkan bagian atas berbentuk lanset. Pada permukaan bawah daun berbulu. Kedudukan daun umumnya menggantung, tetapi ada juga yang tegak dan horisontal. Warna daun bervariasi dari hijau, hijau tua, sampai hijau keunguan. (Weiss, 1971).
Buah wijen berbentuk kapsul atau polong, dindingnya terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar tersusun dari sel-sel parenkim, dan lapisan dalam tersusun dari serat-serat panjang. Lokul (ruang polong) adalah tempat kedudukan biji, jumlah lokul 4 atau 8, tergantung varietasnya. Bentuk dan ukuran kapsul bervariasi, biasanya yang berlokul 4 lebih panjang dan lebih kecil dari yang berlokul 8. Sifat kepecahan kapsul bcrbagai varietas berbeda. Jika kapsulnya terlalu mudah pecah, maka risiko kehilangan hasil akibat terlambat panen sering dialami, karena setelah buah pecah biji akan keluar dan jatuh. (Weiss, 1971).
Tipe perkecambahan pada tanaman wijen adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman wijen tergolong tanaman menyerbuk sendiri bunganya bersifat hermafrodit,yakni kepala putik diserbuki oleh tepung sari dari bunga yang sama. Tetapi dapat juga terjadi penyerbukan silang oleh serangga, dan tidak pernah terjadi penyerbukan oleh angin. (Weiss, 1971).
Lingkungan tumbuh atau syarat tumbuh tanaman wijen memerlukan suhu yang cukup tinggi untuk tumbuh. Tanaman ini cukup tahan terhadap kondisi kering, meskipun hasilnya akan turun jika kurang mendapat pengairan. Untuk lahan kering dimusim hujan yaitu wilayah yang bercurah hujan pendek wijen ditanam pada awal musim penghujan agar tanaman tidak mengalami hambatan suhu tanah, ketersediaan air, dan jazad pengganggu. (Steen is et al., 1975; Weiss, 1971).
Varietas wijen terbagi ke dalam dua kelompok besar yaitu varietas bercabang dn varietas tidak bercabang. Pada tahun 1997 telah dilepas 2 (dua) varietas unggul wijen oleh Balai Penelitian Tembakau dan Tanaman Serat (Balittas, yaitu var Sumberejo 1 (Sbr1) produktivitas 1-1,6 ton ha-1 dan habitus bercabang banyak dan Sumberejo 2 (Sbr2) dengan produktivitas 0,8-1,4 ton/hektar dan habitus tidak bercabang. (Dela SY, 2010).
Kandungan gizi wijen terdapat dalam bijinya. Biji wijen mengandung 50-53% minyak nabati, 20% protein, 7-8% serat kasar, 15% residu bebas nitrogen, dan 4,5-6,5% abu. Minyak biji wijen kaya akan asam lemak tak jenuh, khususnya asam oleat (C18:1) dan asam linoleat (C18:2, Omega-6), 8-10% asam lemak jenuh, dan sama sekali tidak mengandung asam linolenat. Minyak biji wijen juga kaya akan Vitamin E. Ampas biji wijen (setelah diekstrak minyaknya) menjadi sumber protein dalam pakan ternak. (Dela SY, 2010)
2.2.3. Jewawut
Tumbuhan ini adalah yang pertama kali dibudidayakan di antara berbagai jenis milet dan sekarang menjadi milet yang terluas penanamannya di seluruh dunia, dan yang terpenting di Asia Timur. Catatan dari Cina menunjukkan paling tidak juwawut telah dibudidayakan pada sekitar 6000 tahun sebelum Masehi. Pada saat itu, juwawut menjadi satu-satunya biji-bijian yang dibudidayakan di sana. Dari Cina, tanaman ini kemudian menyebar ke barat, hingga mencapai Eropa pada sekitar milenium kedua sebelum Masehi. Orang Romawi telah mengenal dan membudidayakannya, sehingga dikenal pula sebagai "milet Italia".(Goldsworthy dan Fisher, 1984).
Morfologi tanaman jewawut adalah biji menghasilkan satu akar seminal atau radikula yang berkembang menjadi akar primer. Akar sekunder atau akar buku muncul pada buku pertama ketika tanaman jewawut telah mengjasilkan dua atau tiga helai daun. Akar-akar buku menebal dan dianggap menyediakan sebagian besar saluran untuk pengambilan air, ion, dan sebagai pendukung pertumbuhan tanaman.Batang tanaman jewawut tegak, beruas-beruas, lampai, dan menyisip dari tunas terbawah. Daun jewawut termasuk daun yang tidak lengkap karena hanya terdiri dari helaian daun saja. Helaian daun ini berbentuk pita atau melancip dengan tulang daun sejajar. Permukaan daun kasar karena memiliki bulu halus dan rapat. Daun berseling dan sejajar, tersusun dalam dua baris berhadapan atau searah. Jewawut memiliki bentuk malai seperti bulir yang tersusun relatif rapat dan biji-bijinya yang masak bebas dari lemma dan palea. Tanaman ini termasuk hermaprodit dimana buliran berbentuk menjorong, bunga bawah steril sedangkan bunga atas hermaprodit. Biji bulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam. Biji jewawut masuk dalam jenis padi-padian kecil termasuk biji kariopsis yang memiliki ukuran yang sangat kecil sekitar 3 – 4 mm, yang biasanya memiliki warna krem, merah kecoklatan, kuning dan hitam. Biji jewawut terdiri dari perikarp, endosperma dan embrio. Biji bulat telur, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam. (Goldsworthy dan Fisher, 1984).
Tipe perkecambahan pada tanaman juwawut adalah Hipogeal adalah pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. (Goldsworthy dan Fisher, 1984).
Jewawut dapat ditanam di daerah semi kering dengan curah hujan kurang dari 125 mm selama masa pertumbuhan yang pada umumnyam3-4 bulan. Tanaman ini tidak tahan terhadap genangan dan rentan terhadap periode musim kering yang lama. Di daerah tropis, tanaman ini dapat tumbuh pada daerah semi kering sampai ketinggian 2000 m dpl. Tanaman ini menyukai lahan subur dan dapat tumbuh baik pada bebagai jenis tanah, seperti tanah berpasir hingga tanah liat yang padat, dan bahkan tetap tumbuh pada tanah miskin hara atau tanah pinggiran. Sedangkan pH yang cocok untuk tanaman ini adalah 4-8. (Grubben dan Partohardjono, 1996).
Di Sulawesi Selatan, tepatnya di Enrekang jewawut yang banyak dibudidayakan adalah varietas ketan hitam, emas, delima, dan rambutan sedangkan di Silawesi Barat adalah minna, delima, emas, dan rambutan.
Kandungan mineral tiga jenis jewawut (millet)(mg/100g)
Komoditas Ca Fe Vit A Vit B1 Vit B2 Vit C
Millet Foxtail 37 6,2 0 0,48 0,14 2,5
Pearmillet 56 10,1 0 0,35 0,16 2,0
Proso millet 13 2,1 0 0,17 0,06 3,5
Kandungan nutrisi tiga macam jewawut (millet)(%)
Nutrisi per 100 g Millet Panicum Pear millet Millet Foxtail
Air 10 – 15 10 10,5 – 11,9
Protein 12 – 15 11 9,7 – 10,8
Lemak 2 – 3 4 1,7 – 3,5
Karbohidrat 70 – 80 61 72,4 – 76,6
Serat 1,5 8 1
Abu 1,5 4 1,5

100 g jewawut (millet) mengandung 63 mg Thiamin, 33 mg Riboflavin, 2 mg Niacin, 7 mg Besi, 3 mg Seng, 440 mg Kalsium, 156 mg Fosfor, 53 mg Natium, dan 398 mg Kalsium. (Goldsworthy dan Fisher, 1984).
2.2.4. Sorgum
Negara asal sorgum adalah Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manuasia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan di daerah kering seperti di Afrika. Dari benua Afrika menyebar luas ke daerah tropis dan subtropis. Tanaman ini memiliki adaptasi yang luas, toleran terhadap kekeringan sehingga sorgum menyebar di seluruh dunia. Negara penghasil utama adalah Amerika, Argentina, RRC, India, Nigeria, dan beberapa Negara Afrika Timur, Yaman dan Australia. Untuk Indonesia sendiri, tanaman Sorgum juga menyebar dengan cepat sebab iklimnya yangsangat cocok untuk pembudidayaannya.
Buah sorgum merupakan biji-biji. Bijinya tertutup oleh kulit yang liat dan berwarna kekuning-kuningan atau kecoklat-cokelatan. Warna bijinya bervariasi yaitu cokelat muda, putih dan putih buram. Bentuknya juga bermacam-macam ada yang agak bulat, ada juga yang agak pipih. Berat bijinya adalah 0,45 kg. biji sorgum sifatnya ada yang keras dan adayang lunak dengan endosperm berwarna putih. Akar sorgum adalah akar serabut, akar lateral yang halus letaknya agak ke dalam ddengan ruang lingkup akar sedalam 1,35-1,8 m, panjang 10,8 m, akar tunjangannya cukkup banyak dan keluar dari hamper setiap buku-buku. Fungsinya dapat berubah menjaddi akar lateral bila ditimbun tanah.Batang sorgum beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang, dapat beranak banyak tetapi ada juga yang tidak. Tingginya 1,0-2,5 mm tergantug dari varietasnya. Daun keluar pada setiap buku dan berhadapan dengan aluran. Daunnya tumbuh melekat pada bukuu-buku, batangnya tumbuh memanjang. Malai muncul atau tumbuh pada pucuk batang, bertangkai panjang tegak lurus, ada pula yang melengkung. (Soeranto, 2010).
Tanaman sorgum termasuk tanaman monokotil atau tanaman dengan biji berkeping satu sehingga tipe perkecambahan pada tanaman sorgum adalah Hipogeal yaitu pertumbuhan memanjang dari epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya. Tanaman sorgum tergolong tanaman menyerbuk sendiri secara alami. (Soeranto, 2010).

Lingkungan tumbuh untuk tanaman sorgum adalah optimum pada ketinggian tempat kurang lebih 0 – 500 m dpl. Semakin tinggi tempat pertanaman akan semakin memperlambat waktu berbunga dari tanaman sorgum. Temperatur yang dibutuhkan tanaman sorgum adalah 25°C – 27°C adalah suhu terbaik untuk perkecambahan biji sorgum, sedangkan untuk pertumbuhannya perlu suhu sekitar 23oC – 30°C dengan keasaman tanah atau pH optimum tanah untuk pertumbuhannya sekitar 6.0 – 7.5. (Laimehewira Jantje, 1997).
Sebagai bahan panagan dan pakan ternak sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik,bahkan kandungan proteinnya lebih tinggi daripada beras. Kandungan tersebut adalah kalori (332 cal), protein (11,0 g), lemak (3,3 g), karbohidrat (73,0 g), kalsium (28,0 mg), besi (4,4 mg), posfor (287 mg) dan vit B1 (0,38 mg). (Laimehewira Jantje, 1997).
2.3. Sistem Olah Tanah Guludan Atau Kovensional
System olah tanah terbagi menjadi tiga yaitu system tanpa olahh tanah, system olah tanah minimum dan system olah tanah konvensional. Prisip dari system olah tanah konvensional atau guludan adalah mengolah tanah secara keseluruhan yaitu dengan cara manual menggunakan cangkul atau linggis membongkar dan membalik tanah lalu diratakan. Tanah yang akan ditanami tanaman harus dibersihkan dari tanaman pengganggu seperti gulma. Tanah yang telah bersih kemudian dibentuk guludan atau semacam bedengan dengan saluran drainasenya agar dapat membuang kelebihan air pada musim-musim hujan.
Guludan adalah tumpukan tanah yang dibuat memanjang menurut arah garis kontur atau memotong lereng. Tinggi tumpukan tanah sekitar 25 – 30 cm dengan lebar dasar sekitar 30 – 40 cm. Jarak antara guludan tergantung pada kecuraman lereng, kepekaan erosi tanah, dan erosivitas hujan. Semakin curam lereng, semakin pendek jarak guludan; semakin peka tanah terhadap erosi semakin pendek jarak lereng; dan semakin tinggi erosivitas hujan, semakin pendek jarak lereng. Untuk tanah dengan kepekaan erosinya rendah, guludan dapat diterapkan pada tanah dengan kemiringan sampai 8 %. Guludan dapat diperkuat dengan menanam rumput atau tanaman perdu.
Keuntungan dari olah tanah konvensional adalah pertumbuhan tanaman subur sebab aliran aerase atau pertuara udara dalam tanah menjadi lancar, pori-pori tanah juga semakin banyak menyerap air dan unsure har yang diperlukan tanaman. Namun ada juga kerugian dari pengolahan tanah konvensional yaitu membutuhkan tenga kerja yang lebih banyak dan penggunaan waktu jga kurang efisien sebab selain membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak juga membutuhkan waktu yang agak lama disbanding olah tanah yang lain sebab dalam olah tanah ini, semua permukaan tanah diolah tanpa terkecuali bahkan tanah yang tidak ditanamai.
2.4. Sistem Olah Tanah Minimum
Seperti yang telah disebutkan diatas bahwa cara pengolahan tanah ada tiga yaitu tanpa olah tanah, olah tanah minimum, dan olah tanah konvensional. Untuk system tanpa olah tanah hanya bias diterapkan pada tanah-tanah yang subur atau gembur, sedangkan yang akan dibahas atau system olah tanah minimum. System olah tanah ini diguakan pada tanah-tanah yang mulai terkisis kesuburannya dimana terjadi pemadatan tanah akibat penanaman tanaman yang brulang-ulang dan tanpa dilakukan pengolahan tanah. System olah tanah ini menggunakan prinsip yaitu tanah yang diolah hanya sebatas yang ditanami atau hanya di sekitar tempat tumbhnya tanaman.
Pengolahan tanah minimum hanya dapat dilakukan pada tanah yang gembur. Tanah gembur dapat terbentuk sebagai hasil dari penggunaan mulsa secara terus menerus dan / atau pemberian pupuk hijau / pupuk kandang / kompos dari bahan organik yang lain secara terus menerus. Penerapan teknik pengolahan tanah minimum selalu perlu disertai pemberian mulsa.
Keuntungan cara ini adalah menghindari kerusakan struktur tanah, mengurangi aliran permukaan dan erosi, memperlambat proses mineralisasi, sehingga penggunaan zat-zat hara dalam bahan-bahan organik lebih berkelanjutan, mengefisienkan tenaga kerja daripada pengelolaan penuh, sehingga mengefisienkan juga biaya produksi, dapat diterapkan pada lahan-lahan marginal yang jika tidak dengan cara ini mungkin tidak dapat diolah.
Kerugian dari olah tanah persiapan bedengan yang kurang memadai dapat menyebabkan pertumbuhan yang kurang baik dan produksi yang rendah, terutama untuk tanaman seperti jagung dan ubi, perakaran mungkin terbatas dalam tanah yang berstruktur keras, lebih cocok untuk tanah yang gembur, pemberian mulsa perlu dilakukan secara terus menerus, herbisida diperlukan apabila pengendalian tanaman pengganggu tidak dilakukan secara manual / mekanis.

Faktor-faktopr yang mempengaruhi adopsi
Faktor biofisik
• Dalam perladangan berpindah tanpa pembakaran, tanah mungkin tertutup dengan timbunan dedaunan yang menyukarkan lahan tersebut dibajak
• Tidak cocok untuk tanah yang tidak gembur
• Pemberian mulsa merupakan persyaratan yang mutlak
• Penggunaan herbisida terus-menerus mungkin dapat memberikan dampak negatif terhadap tanah dan air tanah.
Faktor sosial ekonomi
• Merupakan alternatif pengelolaan tanah tanpa penggunaan hewan.
• Para petani dalam sistem berladang berpindah biasanya sudah mengenal istem pengolahan minimum ini.
• Biaya produksi relatif kecil
Dapat membentu dalam mengatasi keterbatasan tenaga kerja.




III. METODE PRAKTIKUM
3.1. Waktu dan Tempat
Praktikum Budidaya Tanaman Semusim, dilaksanakan di Lahan Praktikum Budidaya Pertanian, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini dilaksanakan setiap hari Selasa, tepatnya pukul 07.30 WITA, yang berlangsung selama bulan Oktober – Desember 2010.
3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan pada praktikum Budidaya Tanaman Semusim adalah cangkul, ember, mistar/meteran, patok kamera digital.
Bahan-bahan yang digunakan adalah tali rapia, air, furadan, benih sorgum, benih gandum, benih wijen dan benih Jewawut.
3.3. Pelaksanaan Percobaan
Adapun metode dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Membersihkan lahan yang akan ditempati untuk membudidayakan tanaman, seluas 7 x 7 m. Kemudian lahan tersebut dibagi menjadi 4 bagian untuk tiap kelompok dengan ukuran 3 m x 3 m.
2. Masing-masing kelompok membudidayakan 1 komoditi. Dimana lahan tersebut dibagi lagi menjadi 2 bagian masing-masing dengan ukuran 1,5 m x 3 m untuk sistem olah tanah minimum dan sistem olah tanah konvensional.
3. Penentuan Jarak Tanam :
• Kelompok 1 dengan komoditi gandum, jarak tanam yang digunakan untuk system olah tanah minimum adalah sedangkan untuk system olah tanah konvensional adalah
• Kelompok 2 dengan komoditi wijen, jarak tanam yang digunakan untuk system olah tanah minimum adalah sedangkan untuk system olah tanah konvensional adalah
• Kelompok 3 dengan komoditi jewawut, jarak tanam yang digunakan pada system olah tanah minimum adalah 80 x 25 cm sedangkan pada system olah tanah konvensional adalah
• Kelompok 4 dengan komoditi sorgum, jarak tanam yang digunakan untuk system olah tanah minimum adalah sedangkan untuk system olah tanah konvensional adalah
4. Melakukan pengamatan setiap minggu, amati tiap perkembangan yang terjadi. Ukur tinggi tanaman, jumlah daun, serta gambar komoditi dan benih dari tanaman yang dibudidayakan yaitu gandum, sorgum, jewawut dan wijen.

4.2 Pembahasan
4.2.1 Pertumbuhan
 Tanaman Gandum (Triticum sp)
Untuk komoditi gandum tinggi tanaman pada sistem OTK pada guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 31,5 cm, 27, 4 cm, 25,1 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 13,8 cm, 22,5 cm dan 24,1 cm. sedangkan pada guludan 2 untuk minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 22,5 cm, 27,9 cm, 23,8 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 7,2 cm, 15 cm, 12,1 cm. sedangkan untuk sistem OTM pada guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 22,5 cm, 27,9 cm, 23,8 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 7,2 cm, 15 cm, 12,8 cm. sedangkan untuk guludan 2 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 20 cm, 26,5 cm, 31,3 cm. untuk minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 30,5 cm, 28 cm, 23 cm. berdasarka hasil tersebut diperolrh rata – rata tinggi tanaman gandum lebih tinggi pada sistem OTM.
Jumlah daun pada tanaman gandum dengan sistem OTK pada guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 5, 7, 3. Sedagkan untuk minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 3, 4, 3. Untuk sistem OTM pada guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 3, 4, 5. Untuk minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 4, 4, 4. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa jumlah daun yang banyak yaitu pada sistem pertanaman OTM.
Berdasarkan hasil yang diperoleh pada pertumbuhan tanaman gandum maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan gandum mengalami penurunan yang signifikan seperti terlihat pada grafik. Rata-rata tiap baris mengalami penurunan dan penurunan drastis terlihat pada baris ke empat, sementara baris kedua cukup stabil namun tetap mengalami penurunan sedikit.
Penurunan pertumbuhan yang terjadi pada gandum disebabkan karena kesesuaian lahan dan kondisi iklim yang tidak memenuhi persyratan tumbuh tanaman gadum. Artinya gandum tidak cocok ditanam pada daerah panas seperti Makassar yang beriklim tropis, karena sesuai asal tanaman gandum dari daerah subtropis. Namun gandum masih bisa dibudidayakan pada derah tropis Indonesia tapi terbatas hanya pada tempat-tempat dengan kondisi iklim yang dingin seperti di Malino, Sulawesi Selatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Ilmi Irfan (2010) yang mengatakan Lingkungan atau syarat tumbuh tanaman gandum antara lain ketinggian tempat penanaman sekitar 400-800 meter dari permukaan laut. Tanaman gandum dapat tumbuh baik dan berproduksi tinggi pada kisaran suhu 10 - 25 derajat Celcius, fotoperiodisme yang panjang, bercurah hujan 350 - 1250 mm.
Pada awal pertumbuhan gandum masih tumbuh dan mengalami peningkatan pertumbuhan pada minggu pertama, penurunan terjadi dimulai pada minggu kedua dan terus menurun sampai sebagian besar tanaman gandum mati. Diantara sekian banyak populasi gandumyang ada satu individu tanaman gandum yang mampu bertahan hidup sampai membentuk malai. Hal ini disebabkan karena benih yang satu tersebut memiliki vigor yang bagus karena setiap individu tanaman memiliki ketahanan hidup yang berbeda-beda. Benih semacam itu termasuk benih unggul.
Tanaman gandum pada awal pertumbuhannya juga diserang oleh hama belalang yang menyebabkan daun tanaman terpotong-potong sehingga tinggi tanaman mengalami penurunan. Dari ketiga komoditi yang ditanam pada praktikum ini yaitu gandum, sorgum dan wijen, hanya tanaman gandum yang diserang berat oleh hama belalang. Hal ini disebabkan karena pada daun gandum mengandung semacam kandungan kimia yang disukai oleh serangga.
Berdasarkan pengamatan perbandingan jenis olah tanah pada tanaman gandum, maka dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan tamaman gandum pada olah tanah minimum lebih baik dibanding dengan pertumbuhan tanaman pada olah tanah konvensional. Hal ini disebabkan karena ada hubungannya dengan serangan hama belalang. Hama belalang lebih banyak menyerang tanaman gandum pada olah tanah konvensional karena jarak tanam pada olah tanah konvensional kerapatan tanaman lebih rapat dibanding pada olah tanah minimum sehingga belalang lebih menyenangi tanaman yang lebi rapat. Hal ini sesuai denan pendapat Calsoven (1992) yang menyatakan bahwa hama lebih tertarik pada tanama inang yang lebih rapat disbanding tanaman inang renggang karena hama dapat meletakkan telurnya di tempat yang lembab dan terlindungi.

 Tanaman Wijen (Sesamum indicum L)
Untuk tinggi tanaman pada komoditi wijen diperoleh data sebagai berikut pada sistem OTK guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 20 cm, 19 cm dan 21 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 31 cm, 25 cm, 30 cm. pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 42 cm, 39 cm, 42 cm. sedangkan untuk guludan 2 yaitu pada minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 21 cm, 18 cm, 14 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 35 cm, 29 cm, dan 27 cm. pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 40 cm, 30 cm, 31 cm. sedangkan pada sistem pertanaman OTM guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 7 cm, 11 cm, 14,5 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 18 cm, 13 cm, 14 cm. pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 23 cm, 16 cm, 15 cm. sedangkan untuk guludan 2 pada minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 11 cm, 9 cm, 13 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 19 cm, 18 cm, 19 cm. pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 29 cm, 19 cm, 18 cm. berdasarkan data tersebut dapat diperoleh rata – rata tinggi tanaman yang paling tinggi pada sistem OTK. Hal ini juga disebakan karena pada system guludan proses penyerapan unsure hara dalam tanah dapat berlangsung dengan baik karena proses pergerakan akar semakin luas. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim l, 2010) yang menyatakan bahwa pengolahan tanah dengan sistem Olah tanah konvensional memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan tanaman dimana dapat dilihat dari pertumbuhan tinggi tanaman yang lebih tinggi karena proses penyerapan unsure hara lebih luas karena pergerakan akar cukup lebih baik karena tanahnya yang telah diolah sempurna.
Jumlah daun pada tanaman wijen dengan sistem OTK pada minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 12, 8 dan 10. Pada minggu 2 baris 1 sampai3 yaitu 12, 10, 12. Pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 14, 10, 12. Sedangkan untuk guludan 2 pada minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 10, 10, 10. Pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 10, 10, 12. Pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 10, 10, 12. Sedangkan untuk sistempertanaman OTM yaitu pada guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 8, 8, 10. Pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 8, 8, 10. Pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 9, 10, 10. Sedangkan untuk guludan 2 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 6, 7, 9. Pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 8, 8, 10. Pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 10, 8, 10. Dari hari hasil pengamatan jumlah daun maka dapat diperoleh jumlah daun rata- rata tertinggi pada sistem OTK. Hal ini karena pada system Olah tanah konvesional(guludan) proses asimilasi daun lebih baik dimana proses metabolism dalam tanaman yang meliputi fotosintesis, respirasi dan transpirasi dapat berlangsung dengan baik karena cahaya matahari dapat diterima dengan baik karena pertumbuhan tanaman dapat kita lihat cukup baik. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim m, 2010) yang menyatakan bahwa proses asimilasi tanaman dipengaruhi oleh keadaan tanah dan aerase tanah dimana dengan adanya keadaan tanah yang gembur maka pertumbuhan tanaman akan berlangsung dengan baik karena proses pergerakan unsur hara dalam tanah baik.

 Tanaman Jewawut (Setaria italica)
Dari pengamatan terhadap pertumbuhan tanaman juwawut baik itu dengan sistem guludan dan Olah tanah minimumtidak ada benih yang tumbuh. Hal ini mungkin disebabkan karena kualitas benih yang kurang baik karena meskipun disemaikan pada tempat yang baik pertumbuhan tidak terjadi atau mungkin saja benih tersebut masih dalam keadaan dormansi sehingga tidak terjadi pertumbuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim I, 2010) yang menyatakan bahwa Dormansi benih berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embrio.
Dari praktikum yang telah dilaksanakan, tanaman jewawut tidak dapat tumbuh. Ini bisa disebabkan karena benih yang digunakan merupakan benih yang diperuntukkan untuk konsumsi, bukan untuk budidaya. Penggunaan banih bermutu sangat penting karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Anonim4 (2010), menyatakan bahwa Benih kultivar unggul adalah benih yang berasal dari tanaman yang secara genetik mempunyai sifat-sifat unggul, sedangkan benih bermutu adalah biji bahan tanam yang mempunyai sifat-sifat baik, yaitu:
• Daya Berkecambah (DB) Minimal 80 %.
• Kadar Air (KA) Maksimal 12-14 %.
• Kemurnian Benih (KB) Minimal 98 %.
• Tidak terkontaminasi hama/penyakit, tidak cacat, tidak keriput, bernas, mengkilat, dan tidak tercampur dengan kotoran (kotoran < 1 %).
Selain masalah benih, tanaman jewawut yang tidak tumbuh dapat pula disebabkan karena syarat tumbuh untuk tanaman jewawut tidak terpenuhi pada lahan percobaan. Sesuai dengan hasil praktek lapang di BALITSEREAL, yang menyatakan bahwa jewawut dapat tumbuh dengan baik apabila terkena angin Australia.

 Tanaman Sorghum (Sorghum sp)
Dari hasil pengukuran pada tanaman sorghum dapat kita lihat pada sistem pertanaman OTK guludan I diperoleh tinggi tanaman pada minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 94 cm, 92 cm, dan 113 cm. Pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 130 cm, 100 cm, 121 cm. Pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 202 cm, 196 cm dan 184 cm. Sedangkan pada guludan II diperoleh tinggi tanaman pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 92 cm, 110 cm, 110 cm. Pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 117 cm, 150 cm, 160 cm. Pada minggu ke 3 baris 1 sampai 3 yaitu 170 cm, 203 cm, 213 cm. Sedangkan pada guludan 1 untuk sistem pertanaman OTM data yang diperoleh yaitu pada minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 74 cm, 81 cm, 86 cm. Pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 75 cm, 106 cm, 130 cm. Pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 116 cm, 125 cm, 153 cm. Sedangkan pada guludan 2 pada minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 67 cm, 80 cm dan 95 cm. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 80 cm, 115 cm, dan 120 cm. Pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 110 cm, 131 cm, 135 cm. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa untuk tanaman sorghum OTK merupakan sistem pertanaman yang cocok karena dilihat dari nilai tinggi tanamannya OTK lebih tinggi dari OTM. Hal ini disebabkan karena dengan system guludan proses penangkapan cahaya lebih baik sehingga proses fotosintesis dapat berlangsung dengan baik sehingga pada pertumbuhan tinggi tanaman dapat lebih baik pada system guludan. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim j,2010), yang menyatakan bahwa dengan pemanfaatan sistem Olah tanah konvesional pada pertanaman menyebabkan pengaruh yang cukup signifikan terhadap pertumbuhan dan perkembanagan tanaman. Misalnya pada peetumbuhan batang tanaman, pertumbuhan terhadap tinggi tanaman akan lebih baik karena dengan sistem guludan tanaman dapat melakukan proses fotosisntesis dengan baik karena cahaya yang didapat tanaman lebih banyak karena ada jarak anatara setiap guludan.
Jumlah daun pada sistem pertanaman OTK pada tanaman sorghum guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 5, 5, 5. pada minggu ke 2 baris 1 sampai 3 yaitu 5, 5, 7. pada minggu ke 3 baris 1 sampai 3 yaitu 7, 7,7. untuk guludan 2 minggu 1 baris 1 sampai tiga yaitu 6, 4, 5. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 5, 6, 8. pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 7, 6, dan 7 . Sedangkan pada sistem pertanaman OTM pada guludan 1 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 3, 3, 4. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 4, 6, 5. pada minggu 3 baris 1 ampai 3 yaitu 5, 8, 7. sedangkan pada guludan 2 minggu 1 baris 1 sampai 3 yaitu 6, 4, 5. pada minggu 2 baris 1 sampai 3 yaitu 4, 5, 5. pada minggu 3 baris 1 sampai 3 yaitu 5, 5, dan 6. Dari hasil data tersebut dapat dilihat bahwa rata- rata jumlah daun yang banyak pada sistem OTK. Hal ini disebabkan karena pada system guludan aerasi tanah sangat baik karena pori-pori tanah mendukung proses pergerakan akar dalam tanah sehingga proses pertumbuhan daun tanaman dapat berlangsung dengan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat (Anonim k,2010), yang menyatakan bahwa aerasi tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman khususnya daun tanaman yang digunakan sebagai alat untuk melakukan proses fotosintesis.

4.2.2 Morfologi
 Tanaman Gandum
a. Akar
Dari gambar di atas dapat dilihat bahwa akar tanaman gandum tergolong serabut. Akar tanaman berserat halus, sehingga mampu memperbaiki struktur tanah.
b. Batang
Batang tanaman gandum yang terlihat dari gambar di atas tegak, gundul, kecuali berambut dekat bulirnya.
c. Daun
Satu daun diproduksi dalam satu buku, buku terbawah juga menghasilkan pucuk atau sisip dan akar; pelepah daun panjang dan bebas; lidah daun pendek dan bergerigi; helaian memita-melanset, dan halus.
d. Biji / Benih
Benih yang digunakan hendaknya benih bermutu, hal ini sangat penting disamping untuk menghasilkan produksi yang tinggi juga tahan terhadap hama dan penyakit yang menyerang. Kebutuhan benih per hektar 100 kg atau sama dengan 1 kg/100 m² dengan sistim larikan jika ditanam dengan sistim tugal kebutuhan benih bisa kurang dari 100 kg/ha.

 Tanaman wijen
o Akar
Akar tanamannya bertipe akar tunggang dengan banyak cabang yang sering bersimbiosisdengan mikoriza VA (Vesikular-arbuskular). Tanaman mendapat keuntungan dari simbiosis ini dalam memperoleh hara dari tanah. Penampilam morfologinya mudah dipengaruhi lingkungan. Tinggi bervareasi dari 60 hingga 120cm, bahkan dapat mencapai 2-3 meter.
o Batang
Batangnya berkayu pada tanaman yang telah dewasa, bentuknya segi empat, beralur, berambut, percabangan monopodial, berwarna hijau

o Daun
Daun tunggal berbentuk lidah memanjang, berambut ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi, panjang 5-20 cm, lebar 1,5-4 cm, pertulangan menyirip, berwarna hijau
o Biji / Benih
Benih bermutu adalah benih murni dari suatu varietas, berukuran penuh dan seragam, daya kecambah di atas 80% dengan bibit yang tumbuh kekar, bebas dari biji gulma, penyakit, hama, atau bahan lain. Benih seyogianya diberi label secara tepat.

 Tanaman Jewawut (Setaria italica)
a. Akar
Sistem perakaran padat, dengan akar serabut tipis dan liat dari buku terbawah
b. Batang
Batang tegak, lampai, menyisip dari tunas terbawah, kadang-kadang bercabang
c. Daun
Pelepah daun silindris, terbuka diatas; ligula pendek, berjumbai, helaian daun memita-melancip
d. Biji / Benih
Biji membulat telur lebar, melekat pada sekam kelopak dan sekam mahkota, berwarna kuning pucat hingga jingga, merah, coklat atau hitam. Bulirnya kecil, hanya sekitar 3mm diameternya, bahkan ada yang lebih kecil. Warna bulir beraneka ragam, mulai dari hitam, ungu, merah, sampai jingga kecoklatan
 Tanaman Sorgum ( Sorghum spp)
a. Akar
Dari gambar di atas, dapat dilihat bahwa pada dasar buku pertama pangkal batang terdiri dari akar primer. Selain itu ada pula akar yang tumbuh ke arah atas dan tumbuh dipermukaan tanah.

b. Batang
Gambar di atas memperlihatkan bahwa batang tanaman sorgum beruas-ruas dan berbuku-buku. Selain itu, batang tanaman sorgum tidak mengalami percabangan.
c. Daun
Daun tanaman sorgum yang terlihat pada gambar di atas melekat pada buku-buku batang. Daun tanaman tumbuh memanjang. Terdiri dari kelopak daun, lidah daun, dan helaian daun.
d. Biji / Benih
Dari gambar, dapat dilihat bahwa biji sorgum berwarna cokelat dan ukurannya kecil. Biji sorgum ini lebih kecil jika dibandingkan dengan biji jagung dengan kedelai.












V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Pada tanaman gandum, pertumbuhannya lebih baik pada sistem olah tanah minimum dibandingkan dengan sistem olah tanah konvensional.
2. Pertumbuhan tanaman sorgum dan wijen sangat baik pada sistem olah tanah konvensional dibandingkan dengan sistem olah tanah minimum.
3. Pertumbuhan tanaman semusim dipengaruhi oleh sistem pengolahan tanah yang digunakan, dimana pengolahan dengan OTK lebih baik daripada OTM.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman antara lain yaitu faktor lingkungan berupa suhu, kelembaban, cahaya, air dan ketersediaan unsure hara, selain itu dapat pulah dipengaruhui oleh keadaan dari benih itu sendiri.
5.2 Saran
Saran untuk praktikum Budidaya Tanaman Semusim ini, sebaiknya asisten memperhatikan cara kerja praktikan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam melakukan praktikum yang dapat menyebabkan kegagalan dalam hasil praktikum.





DAFTAR PUSTAKA

Anonima, 2010, http://www.wiki/wikipedia,sorgum.co.id, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA
Anonimb,2010, http://www.budidayasorgum.com.org, diakses pada tanggal 28 November
2010, pukul 10.30 WITA.
Anonimc,2010, http://www.wiki/wikipedia,gandum.co.id, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA
Anonimd,2010, http://www.budidayagandumm.com.org, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA.
Anonime,2010, http://www.kandungangizigandum.co.id.org, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA.
Anonimf,2010, http://www.wiki/wikipedia,wijen.co.id, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA
Anonimg,2010, http://www.budidayawijen.com.org, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA.
Anonimh,2010, http://www.jewawut.co.id, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA.
Anonimi,2010, http://www.budidayajewawut.com.org, diakses pada tanggal 28 November 2010, pukul 10.30 WITA.
Balitserealia, 2004. Laporan Akhir: Penelitian Koleksi, karakterisasi, dan Konservasi Plasma Nufah Serealia. Litbang Pertanian, Balitserealia Maros, Sulawesi Selatan.
Balutseralia, 2009. Pengelolaan Plasmanutfah Jagung, Sorgum, Gandum, Jewawut.(http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=68&Itemid=141. Diakses pada tanggal 28 November 2010)
Goldsworthy, P. R. Dan N. M. Fisher. 1984. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Grubben, G.J.H., dan S. Partohardjono. 1996. Cereal: plant resources of South-east Asia No. 10. PROSEA Bogor.
Oelke E.A., E.S.Oplinger, D.H. Putnam, B.R. Durgan, J.D. Doll, dan D.J. Undersander.,1990. Millet. Departement of Agronomy, College of Agricultural and Life Sciences and Cooperative Extension Service, University of Wisconsin-Madison.

Senin, 07 Maret 2011

ssalamu alaiku..
ini adalah hari pertama gw mulai ge blok. w sich masih pusing, "gimana nech bloggg?"
yach semoga besok bisa lebih pintar dan lebih jago lg
wkwkwkwk

eh jangan salah.bizz ini gw akan tyus kasi informasi lewat blog ini
makanya kalina harus tongkrongin terus blog z
wkwkwk narsis ama sech gw



"belajar blog dulu ach"
wkwkwkwk